Dipastikan, Potensi Gempa 8,7 SR di Jakarta Memang Ada

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Senin, 16 Mei 2011, 16:15 WIB
Dipastikan, Potensi Gempa 8,7 SR di Jakarta Memang Ada
danny HN/ist
RMOL. Potensi gempa sebesar 8,7 Skala Richter atau bahkan lebih dari itu, yang melanda Jakarta dan sekitarnya, memang ada.

Hal itu dapat disimpulkan dari pengamatan fisik atas garis pertemuan subduction antara lempeng Benua Euro-Asia dan India-Australia di barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa hingga Sunda Kecil.

Demikian dijelaskan kembali oleh ilmuwan gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Danny Hilman Natawidjaja, ketika ditemui Rakyat Merdeka Online di Jakarta Pusat, beberapa saat lalu (Senin, 16/5).

Subduction lock patch antara kedua lempeng itu dari utara Pulau Sumatera hingga selatan, di Bengkulu, lebih rapat atau terkunci. Terjadi semacam lentingan, sehingga gerakan lempeng India-Australia ke bawah lempeng Euro-Asia akan sangat kuat dan menghasilkan kekuatan gempa yang signifikan. Sementara di bagian selatan Pulau Sumatera hingga selatan Pulau Jawa, di sekitar Jogja, kerapatannya sudah sedikit berkurang. Dan semakin berkurang hingga ke timur, di bawah Sunda Kecil.

“Kalau bicara soal potensi dapat disimpulkan bahwa bagian utara Pulau Sumatera hingga Selat Sunda memuliki potensi yang tinggi dan frekuensi yang relatif sering. Gempa berkekuatan sekitar 9 SR dapat terjadi antara 200 hingga 300 tahun,” ujar Danny.

Sementara di selatan Pulau Jawa frekuensi gempa sekitar 1.000 tahun sekali. Adapun di selatan Sunda Kecil zona subduksi sudah impoten, dan yang terjadi adalah pelepasan energi ke utara Sunda Kecil. Ini yang menimbulkan gempa besar di Flores tahun 1977 lalu.

“Dari pengamatan batimetri atau topografi dasar laut tidak ada segmentasi dari Pulau Enggano dan kawasan Selat Sunda hingga selatan Pulau Jawa. Ini kesatuan lempeng dan sumber gempa. Sehingga energi dapat dilepaskan dalam satu kali gempa,” ujarnya lagi.

Masih menurut Danny, yang hingga kini belum diketahui adalah apa yang menjadi sumber gempa, dan apakah energi yang akan dilepaskan sudah terisi penuh, atau masih setengah penuh. Juga sedang diteliti sejumlah catatan mengenai gempa-gempa berkekuatan besar di masa lalu.

“Hal ini perlu disampaikan agar muncul awarenes dan kita sama-sama mempelajari sehingga bisa menghasilkan mitigasi terpadu yang melibatkan semua level pemerintahan dan kepemimpinan. Dalam hal ini, kalau kita belum tahu data lengkapnya, maka yang diambil adalah worst case,” demikian Danny. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA