Brigjen Soemarsono: Indonesia di Ujung Tanduk dan Bagai Pohon Gundul

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-1'>TEGUH SANTOSA</a>
LAPORAN: TEGUH SANTOSA
  • Rabu, 11 Mei 2011, 09:35 WIB
Brigjen Soemarsono: Indonesia di Ujung Tanduk dan Bagai Pohon Gundul
ilustrasi/ist
RMOL. Bangsa Indonesia berada di ujung tanduk. Sebab utamanya adalah jati diri yang perlahan menghilang. Untuk mengembalikan karakter yang hilang, bangsa Indonesia harus memusatkan perhatian pada pendidikan yang tidak hanya fokus pada knowledge (pengetahuan) tetapi pada sincerity (ketulusan).

Demikian pandangan Ketua Umum Yayasan Jati Diri Bangsa, Brigjen TNI (Purn) Soemarno Soedarsono yang disampaikannya dalam diskusi kebangsaan di Domus, Indonesia Cultural Observatory, Jakarta Pusat, kemarin siang (Selasa, 10/5). Diskusi tersebut digelar Gerakan Integritas Bangsa (GIN) dan dipandu Putut Prabantoro, salah seorang penggagas GIN.

Dari penelitian yang dilakukan Yayasan Jati Diri Bangsa, diperoleh informasi bahwa 20 persen kaum ibu, yakni dari kalangan menengah, umumnya menyerahkan pendidikan anak mereka kepada pembantu rumah.

Sementara sebagian besar, yakni 80 persen, adalah kaum ibu dari kalangan bawah yang tidak mampu menyewa pembantu atau bahkan dirinya sendiri yang menjadi pembantu.

“Kondisi ini perlu diwaspadai, karena anak Indonesia dibesarkan dengan bermentalkan dan berkualitaskan sebagai pembantu. Sebagai akibanya adalah anak-anak yang orang tuanya pembantu hidup terlantar dan menggelandang,” jelas jenderal lulusan sekolah militer di Breda di Belanda itu.

Soemarsono juga menyoroti pengiriman tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri yang menurutnya adalah bagian dari proses mempercepat keterpurukan bangsa. Sekalipun para TKW disebut sebagai "ratu devisa" atau "pahlawan devisa" namun suka tidak suka harus diakui pengiriman tenaga kerja wanita ke luar negeri membenarkan dugaan bahwa bangsa Indonesia berkarakter pembantu.

"Bisa dibayangkan dari 2.000 TKW yang dikirim, 10 persen kembali ke tanah air dengan perut besar dan empat di antaranya melahirkan di jalan," ujar Soemarno Soedarsono yang mendirikan Yayasan Jati Diri Bangsa tahun 2002 lalu bersama sejumlah tokoh nasional.

"Kondisi Indonesia seperti sebuah pohon yang gundul, hidup tetapi tak menghasilkan, tak berkarakter,” demikian Soemarsono. [guh]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA