"Gerakan ini awalnya tidak melihat apakah SBY-Boediono harus mundur atau tidak. Kita cuma mengkaji, merefleksikan bersama kawan-kawan lainnya soal kondisi bangsa," ujar Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ton Abdillah saat diwawancarai
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Kamis, 21/4).
Diterangkan Ton, ada titik temu di antara kelompok mahasiswa bahwa masalah kebangsaan dikategorikan sangat parah. Masalahnya tidak sederhana, dari hulu sampai hilir bermasalah. Dari sistem sampai pelakunya bermasalah.
"Perlu ada perubahan. Soal SBY-Boediono mundur itu hanya sebagai konsekuensi. Konsekuensi dari perubahan yang harus dilakukan," ujarnya.
Perubahan mendasar yang dikehendaki mahasiswa dan pemuda, lanjut Ton, adalah perubahan dari ekonomi neoliberal agar rakyat tidak lagi termarjinalkan. Ia menekankan, negara tidak boleh lagi tunduk kepada feodalisme kapitalisme.
Apa yang menjadi catatan penting bagi terwujudnya perubahan yang dipelopori mahasiswa ini?"Ada banyak kekuatan agar terjadi perubahan. Tapi ingat, kami tidak ingin seperti 1998, perubahan dibajak oleh kekuatan asing, perubahan dibajak oleh elit-elit lama. Gerakan perubahan kali ini seminimal mungkin tidak akan memberi kesempatan kekuatan seperti itu," tegasnya.
[ald]