Begitu disampaikan Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Basroni Kiran, yang mendapatkan penjelasan dari pakar gempa seperti Dr. Danny Hilman dan pelaku kebudayaan.
“Kami mengajak institusi-institusi pemerintah untuk mengkaji kemungkinan melepaskan satwa-satwa seperti gajah di sekitar Kota Padang, sebagai alat peringatan dini yang alami,†kata Basroni.
Menurut Basroni, keberadaan natural early warning system ini dapat menjadi pelengkap dari berbagai upaya mitigasi bencana yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, seperti membangun shelter mini untuk evakuasi, jalur-jalur evakuasi, peralatan GPS, pemantauan pergerakan batu koral, dan pelatihan bagi anak-anak sekolah.‎​
“Apabila gajah dilepaskan di kota Padang dan beberapa daerah di pantai barat Sumatera, tentu tidak di pemukiman padat penduduk. Juga harus dipastikan bahwa gajah tersebut tidak sampai mengganggu dan meresahkan aktivitas warga. Karena itu, tiap gajah harus didampingi pawang yang cukup,†lanjut Basroni.
Menurut penelitian para ahli, beberapa hewan lebih peka terhadap kondisi alam yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. National Geographic juga melaporkan bahwa banyak spesies yang mampu menyelamatkan diri sebelum terjadinya gempa dan tsunami di Asia tahun 2004. Gajah berlari ke tempat yang lebih tinggi, anjing tidak mau ke luar rumah, dan burung bangau meninggalkan daerah tempatnya berkembang biak.
Pemerintah Korea Utara juga dilaporkan menggunakan gajah untuk mendeteksi potensi bencana, pasca gempa dan tsunami Jepang, beberapa minggu lalu. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: