Tahlilan Dilakukan Untuk Menghormati Marijani Yang Seorang Pluralis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Jumat, 08 April 2011, 21:01 WIB
Tahlilan Dilakukan Untuk Menghormati Marijani Yang Seorang Pluralis
rizal ramli/ist
RMOL. Malam ini (Jumat, 8/4), keluarga Rizal Ramli menggelar tahlilan dan peringatan 40 hari kepergian istrinya, Marijani. Meskipun bukan seorang Muslim dan Jawa, acara ini tetap dilakukan untuk menghormati Afung yang seorang pluralis.

"Mungkin ada yang bertanya, mengapa ada 40 harian. Padahal istri saya bukan orang Jawa dan bukan Islam. Saya jawab karena Marijani selama hidupnya adalah seorang pluralis, bergaul dengan semua orang dari semua latar belakang agama dan suku," kata Rizal Ramli di kediaman, Cipete, Jakarta Selatan, Jumat malam (8/4).

Mantan Menko Perekonomian ini mengatakan, bagi keluarga masih tidak mudah sampai saat ini untuk menerima kepergian sang istri dan ibu dari anak-anak.

Dia ceritakan lagi pengalaman yang sangat berarti, ketika mereka hendak menikah terdeteksi bahwa Marijani mengidap kanker. "Dia bujuk saya agar putus saja, karena saya pernah kehilangan Hera (istri yang pertama) yang juga kena kanker. Dia bilang tidak mau jadi beban. Tapi saya bilang mari kita hadapi sama-sama. Akhirnya saya bawa dia berobat," ungkapnya.

Beberapa waktu sebelum kepergian sang istri, terjadi kembalinya kanker kedua kali pada Marijani.

"Hebatnya dia, apapun yang terjadi dia tidak pernah mengeluh. Dia mau kasih contoh, apapun cobaan dari Tuhan, kita harus bersyukur. Teman-teman yang kenal pasti kaget dia tidak pernah kesakitan selalu gembira, dia selalu berikan yang terbaik buat kita," ujar Rizal.

Rizal Ramli pun mengakui, sebelum pernikahannya dengan Marijani, beberapa temannya menganjurkan agar pernikahan dibatalkan karena berbeda agama dan suku malah akan membuat masalah di kemudian hari.

"Tapi saya tidak mau. Kami mau katakan, bangsa kita harus belajar bahwa perbedaan itu menguatkan. Tidak cukup hanya pidato mencintai pluralisme," ujarnya.

Rizal Ramli pun mengingat, pada tahun 2005 di saat banyak terjadi pembakaran gereja di Indonesia, Marijani pernah kumpulkan para tokoh agama dari semua kepercayaan baik yang ekstrim maupun yang tidak, di kediamannya.

"Saat itu, para pendeta banyak yang sudah ketakutan. Tapi dari pertemuan itu semua tokoh agama sepakat tidak ada lagi kekerasan. Bahkan, Habib Rizieq dari FPI katakan yang mau bakar gereja akan dia hadapi sendiri," ingat Rizal Ramli. [arp]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA