Seorang peneliti dari Washington bernama Kelley Currie, menulis artikel berjudul “Indonesia's Seven-Year Itch†yang dimuat
Wall Street Journal edisi Asia yang terbit kemarin (Rabu, 30/3). Dia mengatakan, dalam tujuh tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2004 Indonesia mengalami penyakit gatal. Menurut dia, bukannya menikmati kemenangan di periode kedua, SBY malah disibukkan oleh sejumlah skandal politik dan intrik politik di parlemen.
Secara khusus pula ia menyorot deretan kasus kekerasan yang dialami pengikut Ahmadiyah sebagai salah satu bukti kehadiran kelompok fundamentalis dan ekstremis. Sementara lambatnya pemerintah menangani kasus itu memperlihatkan ketidakmampuan SBY bersikap tegas terhadap kelompok-kelompok ini.
Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat, Ulil Abshar Abdalla, menyambut baik kritik-kritik dari luar negeri soal isu kelompok fundamentalisme dan ekstremisme ini. Ia teringat, tidak sekali teguran dunia internasional dalam persoalan pelik ini. Dua pekan lalu, Surat 27 Anggota Kongres Amerika Serikat yang memprotes kelemahan SBY-Boediono menjaga kebebasan berkeyakinan juga jadi isu hangat di dalam negeri.
"Kritik-kritik itu sangat positif. Ini diperlukan untuk pemerintah juga bahwa memang harus ada upaya lebih banyak lagi untuk tindak tegas kelompok radikal yang mengganggu keamanan dan lebih penting lagi tindakan melawan konstitusi karena mengganggu kebebasan berkeyakinan warga negara Indonesia yang sah," ujarnya saat dihubungi
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (31/3)
Ulil berharap, kritik-kritik semacam itu menjadi lecutan pemerintah untuk bertindak lebih tegas lagi pada kelompok yang anti toleransi.
Namun, Ulil menambahkan, ada kinerja positif pemerintah yang perlu mendapat apresiasi luar negeri, yaitu dalam pemberantasan terorisme.
[ald]
BERITA TERKAIT: