Demikian disampaikan Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Yassin Thohari ketika ikut menerima delegasi Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Selasa siang (22/3).
“Di era globalisasi seperti ini kita harus ekstra hati-hati, correct dan akurat. Sulit menghindarkan diri dari sorotan dunia internasional,†ujarnya.
Dia juga mengatakan, karakteristik masyarakat umumnya, terlebih warga negara asing yang mengamati dari kejauhan, adalah terlalu fokus pada peristiwa yang sedang terjadi, dan mengabaikan prolog yang mengawali peristiwa. Mereka pun abai pada epilog, berupa upaya penyelesaian masalah dan konflik yang dilakukan. Intinya, pemerhati ada yang memang hanya fokus pada persoalan saja, serta tidak peduli pada sebab akibat dan akhir dari konflik.
Hajriyanto mengutip pemberitaan media asing Newsweek yang menurunkan berita sepanjang dua setengah halaman berjudul Intolerant Indonesia atau Indonesia yang Tidak Toleran pasca kerusuhan di Cikeusik, Banten, yang menewaskan tiga orang anggota Jemaat Ahmadiyah Indonesia. Ini sebutnya, adalah bukti dunia internasional akan sangat sensitif pada isu HAM, kebebasan dan agama. Sementara bagi sementara orang Indonesia, peristiwa Cikeusik dan sejenisnya hanya merupakan insiden.
“Kita harus terus mengkampanyekan Islam yang moderat dan pluralis. Kita akan selalu disorot, terlebih adalah kita negara berpenduduk muslim terbanyak di dunia, juga negara demokratis,†demikian Hajriyanto. [guh]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: