Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta Pane, kepada
Rakyat Merdeka Online, Senin (14/2), mengatakan, sistem kordinasi intelijen Indonesia sangat lemah. Sumber daya, dana, dan fasilitasnya pun minim. Ego sektoral begitu mendominasi dunia intelijen RI. Sesudah itu, pembenahan penting harus dilakukan Kapolri pada tingkat Kepala Polres di seluruh Indonesia.
"Kapolres itu seringkali tak peduli, tidak lakukan deteksi dini sehingga ada masukan dari intelijen tidak ditanggapi serius. Intelijen Polres harus dimaksimalkan," tegasnya.
Seperti diketahui, lanjut Neta, dua-tiga hari sebelum kerusuhan SARA di Temanggung, Jawa Tengah, telah ada informasi menyatakan akan ada pengerahan massa. Tapi Kapolres tak lakukan deteksi dini dan enggan minta bantuan Polda Jawa Tengah untuk penambahan pasukan.
"Jadi terbiarkan, sehingga ketika terjadi kerusuhan Kapolres selalu bingung. Kita berharap Kapolri kumpulkan semua Kapolres se-Indonesia, pecat Kapolres yang tak punya kepekaan," tegasnya.
Untuk sementara polisi meringkus dua terduga aktor intelektual dalam kerusuhan Temanggung dan Cikeusik. Tapi Neta berharap, polisi mampu menjelaskan kemungkinan motif politik di balik kerusuhan atas nama agama itu. Ketika elit politik bertarung di pusat, bisa saja simpatisan di bawah berbuat hal negatif untuk membela.
[ald]
BERITA TERKAIT: