Kelemahan Intelijen Diperparah Para Kapolres

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Senin, 14 Februari 2011, 13:56 WIB
Kelemahan Intelijen Diperparah Para Kapolres
RMOL. Seharusnya sejak awal Badan Intelijen Negara mensupervisi Polri dan bekerjasama untuk mengungkap kerusuhan berlatar SARA yang belakangan ini begitu marak. Apalagi, saat ini BIN dipimpin mantan Kapolri, Jenderal (Purn) Sutanto.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch, Neta Pane, kepada Rakyat Merdeka Online, Senin (14/2), mengatakan, sistem kordinasi intelijen Indonesia sangat lemah. Sumber daya, dana, dan fasilitasnya pun minim. Ego sektoral begitu mendominasi dunia intelijen RI. Sesudah itu, pembenahan penting harus dilakukan Kapolri pada tingkat Kepala Polres di seluruh Indonesia.

"Kapolres itu seringkali tak peduli, tidak lakukan deteksi dini sehingga ada masukan dari intelijen tidak ditanggapi serius. Intelijen Polres harus dimaksimalkan," tegasnya.

Seperti diketahui, lanjut Neta, dua-tiga hari sebelum kerusuhan SARA di Temanggung, Jawa Tengah, telah ada informasi menyatakan akan ada pengerahan massa. Tapi Kapolres tak lakukan deteksi dini dan enggan minta bantuan Polda Jawa Tengah untuk penambahan pasukan.

"Jadi terbiarkan, sehingga ketika terjadi kerusuhan Kapolres selalu bingung. Kita berharap Kapolri kumpulkan semua Kapolres se-Indonesia, pecat Kapolres yang tak punya kepekaan," tegasnya.

Untuk sementara polisi meringkus dua terduga aktor intelektual dalam kerusuhan Temanggung dan Cikeusik. Tapi Neta berharap, polisi mampu menjelaskan kemungkinan motif politik di balik kerusuhan atas nama agama itu. Ketika elit politik bertarung di pusat, bisa saja simpatisan di bawah berbuat hal negatif untuk membela.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA