Demikian dipaparkan budayawan Radhar Panca Dahana dalam diskusi di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (15/1).
"Saat ini kebohongan disusun secara rasional, materialistik dan statistik. Itu merupakan reduksi dari realitas. Hasil penelitian apapun yang statisik pasti punya eror dan reduksi. Hasil itu dipakai untuk kepentingan," jelas Radhar.
Ia mengatakan, memang ada jenis kebohongan yang bersifat baik atau disebut
white lie. Ada orang berbohong untuk kebaikan, termasuk pemerintah yang mengungkapkan kebohongan demi kepentingan bangsa.
Namun ia tegaskan, kebohongan yang terus menerus disampaikan akan jadi kebenaran. Kebohongan jadi reduksi kebenaran, menolak realitas, dan ketiga, ironinya, kebohongan itu jadi kebenaran
"Yang terjadi di kalangan pemerintahan itu adalah kejujuran yang bohong. Bicara hasil berdasarkan fakta, tapi fakta itu berlawanan pada realitasnya. Seperti modus Adolf Hitler (pemimpin fasis Nazi) itu, kebohongan berulangkali jadi kebenaran," tegasnya.
"Ini yang diambil para agamawan yang melihat itu dalam segi profetik etis bukan ahli eknomi atau politik. Mereka mewakili batin publik," tutur Radhar.
[ald]