bisa dihindari. Dalam Kongres II Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI) yang berlangsung di Surabaya pada 26-28 November
2010, kasak-kusuk kekuatan luar mulai terasa.
Tak kurang empat parpol besar disebut-sebut memiliki jago berebut jabatan pucuk pimpinan PA GMNI, diantaranya, Taufiek Kiemas melalui Ahmad Basara (Wasekjen DPP PDIP), Aburizal Bakrie melalui Palar Batubara (Ketua presidium saat ini sekaligus Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar), Hatta Rajasa melalui Wahyuni Refi (bekas Presidium dan Wasekjen DPP PAN). Adapun SBY disebut-sebut menanam orang lewat Gubernur Jatim Soekarwo (anggota Dewan Pembina DPP Partai Demokrat dan Dewan Pembina PA GMNI Jatim).
Namun berbeda bursa pucuk PA GMNI, buat jabatan Sekjen terkesan "adem ayem". Salah satu kandidat yang mencuat adalah Jan Prince Permata. Jan sendiri membantah sebagai orang "titipan" parpol tertentu, dalam bursa pencalonan.
"Saya tidak khawatir tuduhan itu karena saya asli orang GMNI, sehingga pencalonan ini tidak ada kaitan dengan pekerjaan," katanya di Surabaya, Kamis (25/11).
Jan beroleh dukungan 20 Dewan Pengurus Cabang (DPC). Alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu tercatat sebagai redaktur politik surat kabar yang disebut-sebut terafiliasi kekuatan politik tertentu. Di GMNI dia pernah menduduki jabatan fungsionaris Presidium Nasional GMNI dan terakhir tercatat Wakil Ketua Dewan Pakar PA GMNI Cabang Bogor.
Jan mengaku pencalonannya dilatarbelakangi kegelisahannya atas pudarnya jiwa nasionalis kader dan alumni GMNI.
"Para alumni GMNI sudah berpikiran pragmatis. Kami ingin mereka kembali berpola pikir ideologis. Keberadaan GMNI ini untuk membenahi sikap generasi muda yang limbung dalam hal kebangsaan," terangnya.
Anggota Dewan Pakar PA GMNI, Dhia Prekasha Yoedha, menyebutkan dirinya mendukung pencalonan Jan Permata dalam kongres yang akan dibuka Wakil Presiden Boediono, karena memiliki
track record bersih dan tidak terindikasi kekuatan politik manapun.
"Dia tokoh muda yang banyak memiliki pengalaman. Sudah saatnya tokoh muda di GMNI itu tampil karena selama ini tokoh tua, baik yang duduk di pemerintahan atau di parlemen, tidak peduli lagi dengan GMNI," katanya menegaskan.
Dia juga menginginkan PA GMNI sebagai organisasi kemasyarakatan yang memiliki kekuatan ideologi, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
"Mengapa NU dan Muhammadiyah itu besar dan mengakar, karena ideologi mereka kuat,’’katanya.
Menariknya di tengah mendekatnya perhelatan itu, hujan protes dilayangkan DPC PA GMNI Surabaya. Hadi Pranoto bekas penasihat PA GMNI Surabaya menilai, kongres II PA GMNI dipenuhi manipulasi nasionalisme, manipulasi Pancasila untuk kepentingan oligharki dan pemburu rente yang merugikan rakyat.
Dia mengatakan, PA GMNI Surabaya karena kesadaran realitas sosial dan politik secata obyektif menyatakan membubarkan diri, karena tak ingin dipimpin kaum berambut uban alias orang tua. PA GMNI Surabaya secara struktur organisasi tidak ada dan bergabung dalam Forkom Eks GMNI.
''Jadi menjadi lucu Kongres PA GMNI dilaksanakan di Surabaya, tetapi PA GMNI sudah bubar atau tidak ada. Jadi tamu yang hadir di Surabaya tidak punya tuan rumah, karena yang ada Forum Komunikasi (Forkom) Eks GMNI,'' sebutnya.
[arp]
BERITA TERKAIT: