Prabowo Bisa Ubah Kutukan Sumber Daya jadi Rahmat untuk Rakyat

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/diki-trianto-1'>DIKI TRIANTO</a>
LAPORAN: DIKI TRIANTO
  • Senin, 05 Mei 2025, 23:32 WIB
Prabowo Bisa Ubah Kutukan Sumber Daya jadi Rahmat untuk Rakyat
(kiri ke kanan) Sejarawan dan Indonesianis Dr Greg Poulgrain, Direktur Geopolitik GREAT Institute Dr Teguh Santosa, dan Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Dr Syahganda/Ist
rmol news logo Pengelolaan kekayaan alam (natural resources) Indonesia membutuhkan strategi yang tepat agar berorientasi pada kesejahteraan rakyat.

Sebab kegagalan dalam mengelola sumber daya alam bisa membuat kekayaan alam berubah menjadi bencana alam hingga bencana politik.

Demikian antara lain disampaikan sejarawan dan Indonesianis, Dr Greg Poulgrain dalam GREAT Lecture yang diselenggarakan GREAT Institute di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, 5 Mei 2025.

Poulgrain berujar, melimpahnya sumber alam Indonesia selalu menjadi pusat dari pertarungan kepentingan global. Bukan hanya antara Blok Barat dan Blok Timur, tetapi juga antara kelompok kepentingan di masing-masing negara, seperti antara Presiden John F Kennedy dan Direktur Central Intelligence Agency (CIA) Allen Dulles terkait kekayaan alam di Papua.

Ketidakpuasan sebagian masyarakat Papua, misalnya, menurut Greg seringkali dipicu oleh kegagalan distribusi kesejahteraan karena hasil dari pengelolaan kekayaan alam Papua  menumpuk pada pihak-pihak tertentu.

Maka dari itu, Poulgrain menekankan pentingnya pendekatan komprehensif mencakup aspek ekonomi, lingkungan, dan budaya dalam pengelolaan sumber daya Indonesia.

Di tempat yang sama, Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Dr Syahganda Nainggolan menyinggung kutukan sumber daya alam dialami Indonesia di masa lalu. Kutukan dimaksud yakni fenomena negara dengan kekayaan alam melimpah justru pergerakan ekonominya lambat.

“Di era Prabowo, apa yang selama ini disebut sebagai ‘kutukan sumber daya alam’ diharapkan menjadi rahmat untuk kesejahteraan rakyat,” ujar Syahganda.

Sementara itu, Direktur Geopolitik GREAT Institute, Dr Teguh Santosa mencermati pemerintah Indonesia terlihat ingin menciptakan kemandirian berorientasi kepentingan nasional di tengah dinamika politik global belakangan ini.

Di saat bersamaan, Indonesia tetap ingin menjaga hubungan baik dengan negara-negara sahabat.

“Bila prinsip ini juga diterapkan dalam pengelolaan sumber daya alam dan diikuti distribusi kesejahteraan yang adil, maka sumber daya alam tidak akan menjadi sumber bencana alam dan bencana politik,” ujar Teguh.

GREAT Lecture ini dibuka Ketua Dewan Direktur GREAT Institute, Dr Syahganda Nainggolan dan menghadirkan dua penanggap utama, yakni Dr Sidratahta Mukhtar dan Dr Zarmansyah.

Diskusi dimoderatori peneliti GREAT Institute, Omar Thalib dihadiri kalangan akademisi dan politisi, antara lain Dr Indra Wardhana dari Pertamina University; Dr Faisal Nurdin dan Dr Rahmi Fitryani dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.

Kemudian peneliti isu Kashmir dari Belanda Laura Schuurmans; mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzy; politisi Golkar Dr Poempida Hidayatulloh; politisi Partai Demokrat Dr Nurhayati Assegaf; serta Jeremy T dari Kedutaan AS.

Dari kalangan pemerintah, hadir Staf Khusus Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Abdullah Rasyid; Staf Ahli Menteri Agama, Prof Iswandisyah Syahputra; dan Staf Ahli Menteri Pemuda dan Olahraga, Dr Hamka Hendra Noer. rmol news logo article
EDITOR: DIKI TRIANTO

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA