Partai Gelombang Rakyat (Gelora) tidak ingin terjadi lagi polarisasi di akar rumput dan konflik antar elite, yang akhirnya merambat menjadi konflik horizontal.
"Karena korbannya, yang dirugikan, ya masyarakat,” kata Sekretaris Jenderal Partai Gelora, Mahfudz Siddiq, dalam keterangan tertulis, Jumat (7/7).
Menurut pengamatannya, ada fenomena mengulang terjadinya polarisasi politik seperti pada Pemilu 2014 dan 2019.
Ditandai dengan meningkatnya tensi politik menjelang Pemilu 2024 dan munculnya friksi-friksi perpecahan elite, baik di lingkaran koalisi pemerintahan maupun di luar pemerintahan.
“Saya kira ini satu hal penting untuk menjadi pemikiran bersama. Ini sering kami diskusikan dan komunikasikan, kira-kira implikasinya terhadap keseluruhan Pemilu ini seperti apa,” ujarnya.
Sebab itu Partai Gelora mengingatkan, bahwa dunia saat ini sedang dalam persimpangan jalan, di mana terjadi pergeseran dan perubahan tatanan global.
“Perubahan di tatanan global memang membuat kita harus lebih hati-hati mengelola situasi politik. Jangan sampai Pemilu 2024 dijadikan
the last battle, perang eksistensi antar kekuatan
super power,” tandasnya.
BERITA TERKAIT: