Demikian disampaikan politikus PDI Perjuangan, Budiman Sudjatmiko saat menerima kedatangan delegasi Partai Koservatif Inggris di kantor DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat (Selasa, 19/2).
"Saya sedikit tambahkan kebetulan mereka juga ingin tahu dinamika perkembangan politik di Indonesia menjelang pemilu, pemilihan legislatif dan pemilihan presiden kita," ungkap Budiman.
Politik Inggris yang juga menarik pasca referendum brexit telah menghebohkan dunia, khususnya keheboan mengenai hoax yang persis terjadi dalam politik di tanah air saat ini.
"Yang paling terpenting tentu saja ketika terjadi refendum brexit dan kita tahu ada banyak keheboan yang kami dari PDIP menangkap bahwa keheboan yang sama dalam bentuk hoax, dan sindiran dusta, yang dulu dialami di Inggris ada masa referendum brexit juga dengan cara yang hampir sama kita rasakan kehadirannya, dalam politik Indonesia kali ini," kata Budiman.
Dalam referendum brexit itu, lanjut Budiman, telah melahirkan perpecahan dan tuduhan intervensi asing persis seperti yang terjadi di Indonesia saat ini khususnya menjelang Pemilu.
"Kenapa tiba-tiba ada sebagian besar orang Inggris merasa mereka bukan Eropa, mereka memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa, ini kan menarik. Jangan sampai terjadi di Indonesia sebagian penghuni kita merasa bukan Indonesia, membawa agenda-agenda yang tidak ada hubungannya dengan kualitas demokrasi di Indonesia, tidak menjaga kesatuan Indonesia, tidak menjaga kebhinnekaan," tuturnya.
"Karena kita tahu rasa referendum brexit muncul semacam kampanye anti asing versi mereka. Di Indonesia juga terjadi, dan kita ingin tahu. Nah, maka itu jangan sampai hal yang sama terjadi pada kita, sehingga kita harus saling belajar," tambah Budi.
Delegasi Partai Konservatif Inggris ini hadir di antaranya Sir Simon Burns, Nick De Bois dan Dr. Carlotta Redy, didampingi konsultan program Westminster Foundation for Democracy, Dr. Stephen Sherlock dan Ian Hanke.
Sementara DPP PDIP yang merima, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto serja jajaran DPP Juliari P. Batubara, Budiman Sujatmiko, Eva Kumasundari dan Diah Pitaloka.
[rus]
BERITA TERKAIT: