Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin menilai pernyataan Gubernur NTT tersebut menyulut reaksi masyarakat. Pasalnya, konteks surga dan neraka yang dimaksud Viktor belum jelas.
"Surga dan neraka itu milik Tuhan. Tentu ada kriteria-kriteria agar bisa masuk ke dalamnya," kata Ujang, kepada
Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu di Jakarta, Kamis, (29/11).
Barangkali, kata Ujang, Gubernur NTT punya gaya tersendiri untuk membangkitkan spirit memberantas kebodohan warga NTT.
"Mungkin Gubernur NTT ingin membangkitkan SDM warganya harus menyentuh wilayah agama," tuturnya.
Ujang menyarankan, Viktor menggunakan bahasa-bahasa yang cenderung implementatif agar tidak memprovokasi masyarakat.
"Cari bahasa yang implementatif jika ingin membangkitkan semangat warga NTT lewat kebijakannya itu. Agar masyarakat tidak terprovokasi," demikian Ujang.
[lov]