Akibatnya banyak kader yang kecewa dan mengancam untuk menarik dukungan dari pasangan bakal capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menurut pengamat politik dari Indonesia Public Institute (IPI), Jerry Massie, SBY tidak mampu mengkoordinir pengurus Demokrat di daerah dengan baik pasca keretakan tersebut.
"Nah SBY agak it's too late mengembalikan positioning mereka yang retak. Sikap apatis dan skeptis barangkali jadi penyebabnya," ucap Jerry kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (10/9).
Dia mencontohkan seperti yang terjadi pada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB), yang sudah dari beberapa bulan terakhir menyatakan sikap untuk mendukung Jokowi.
"Seharusnya SBY yang datang lebih dulu ketika gempa Lombok yang pertama, bukan Jokowi. Paling tidak itu sebagai bentuk empati," imbuhnya.
Kemudian soal Lukas Enambe yang merupakan Ketua DPD Demokrat di Papua, di mana Demokrat Papua menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Sebagai Gubernur Papua, Lukas juga memiliki hubungan khusus dengan pemerintah pusat.
"Akhirnya SBY jadi blunder karena membiarkan Papua. Mungkin Lukas Enambe menganggap mesin partai tidak terlalu banyak bekerja di sana," pungkasnya.
[fiq]
BERITA TERKAIT: