Ini adalah salah satu kegiatan mantan Pemuda dan Olahraga itu setelah dia selesai menjalani masa pidana.
Andi menceritakan itu dalam acara
Jaya Suprana Show yang dipandu langsung empunya Jaya Suprana di Jaya Suprana School of Performing Arts, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Saya
sekarang punya banyak waktu, jadi bisa main tenis. Kebetulan ada
pertandingan tenis senior di Singapura, saya enggak punya
partner, ketemu teman Singapura, alhamdullah kami masuk final, juara dua," kata Andi yang saat ini berusia 54 tahun.
Jelas
Andi, kejuaran itu dicatat oleh Federasi Tenis Internasional (ITF).
Meski saat ini juara 655 dunia double senior usia 50-54 tahun, di usia
55 tahun ke atas tahun depan, dia berharap bisa menoreh prestasi yang
lebih bagus.
"Mudah-mudahan tahun depan, saya bisa naik ke 55,
pesaingnya makin lemah. Sekarang (50-54 tahun) pukulannya kan masih
kuat-kuat," ucap Andi sambil tertawa.
Andi
flashback ke
belakang, sejak remaja dia mengaku memang sudah hobi olahraga tenis.
Beberapa kali di tingkat lokal seperti di Makassar dan Yogyakarta, dia
mearih juara, tapi tidak untuk tingkat nasional.
"Di Makassar
hampir setiap pulang sekolah, saya main tenis terus. (Prestasi) di
provinsi lumayan, kalau di nasional kalah melulu," ungkapnya.
Lalu,
Jaya Suprana menanyakan kepada Andi peluang cabang olahraga tenis di
Asian Gemas 2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumah. Andi sedikit
pesimis, tapi dia tetap mendokan dan mendukung petenis Tanah Air.
"Tenis,
sekarang kita agak menururun dibanding negara lain, kita dulu merajai
di Asia, kita juara Asian Gemas. Sekarang kecil kemungkinan, tenis jago
kita cuma satu, Christopher Rungkat. Tetapi tetap kita dukung, soal
kalah menang urusan lain," sebut Andi.
Di awal percakapan dengan
Jaya Suprana, Andi sempat bercerita soal temannya di Singapura, pelatih
tenis yang tinggal di rusunawa sederhana.
Percakapan mereka pun
sedikit "menyenggol" topik soal penggusuran termasuk perbandingan rumah
susun di Indonesia dan Singapura. Selengkapnya bisa dinikmati
di sini.
[rus]