RMOL. Ada tiga hal penting dalam membangun pondasi industri di Indonesia yaitu penguasaan teknologi, penguasaan merek dan penguasaan pasar. Lemahnya penguasaan tiga hal ini menyebabkan Indonesia selalu menjadi pasar bagi bangsa lain, bukannya menjadi produsen.
"Kekayaan alam kita seringkali secara mentah diekspor begitu saja. Sementara kita mengimpor kembali barang tersebut dalam bentuk jadi," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni (IA) ITB, Ridwan Djamaluddin, Sabtu (2/12).
Dikatakan dia, salah satu kunci kemenangan dari industri pada sebuah negara adalah adanya aksi terpadu sinergis (orchestrated effort) dan keberpihakan, baik dari masyarakat bangsa tersebut ataupun pemerintahnya. Hal ini dapat terlihat dari negara dengan industri yang berhasil, semisal Jerman, Jepang, Korea dan China.
"Mereka sadar kekayaan alam yang dimiliki terbatas. Untuk itu, jalan utama untuk bertahan hidup ialah kemandirian dan penguasaan teknologi dan industri," kata Ridwan Djamaluddin.
Sebagai kontribusi nyata dalam memperkuat kedaulatan dan kemakmuran ekonomi Indonesia dengan mendorong perkuatan dalam bidang penguasaan teknologi, manufaktur dan infrastruktur, IA-ITB akan kembali mengadakan forum "Indonesianisme Summit" pada Sabtu, 9 Desember 2017 di Ballroom Hotel Grand Sahid Jaya Jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat.
Ridwan Djamaluddin mengatakan forum ini bertujuan untuk membangkitkan militansi semangat penguasaan teknologi, industri dan manufaktur melalui aksi terpadu sinergis dan keberpihakan kepada hasil-hasil karya industri anak bangsa demi memperkuat brainware bangsa.
Direktur Program Re-industrialisasi IA-ITB Achmad Rizal, dalam siaran tertulis yang diterima redaksi, Sabtu (2/12) menambahkan untuk mendorong pemenangan industri, melalui forum ini IA ITB akan memberi masukan kepada pemerintah maupun pihak swasta dalam pemilihan sektor-sektor industri yang harus dimenangkan karena bernilai vital untuk kedaulatan dan keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.
"IA-ITB akan memberi masukan ke pemerintah dan masyarakat, tentang industri-industri yang harus dikuasai. Dikarenakan industri tersebut sangat vital untuk kedaulatan dan keberlangsungan hidup serta memenangkan persaingan di dunia berdasarkan prinsip-prinsip Indonesianisme atau keberpihakan pada Indonesia. Bidang-bidang tersebut diantaranya ialah industri energi, industri transportasi dan infrastruktur, industri pangan dan industri digital kreatif." kata Achmad Rizal.
Lebih lanjut dikatakan, forum "Indonesia Summit" juga akan mendorong semangat berinovasi dan berkarya melalui "inspiring talk" dari tokoh yang telah sukses dalam membangun produk (product developer) dan bisnis. Sebagai langkah awal membangun militansi keberpihakan kepada hasil industri Indonesia, forum ini akan dipamerkan karya industri Indonesia yang sudah bisa menjadi pemenang. Baik di negeri sendiri maupun di luar negeri, untuk meningkatkan kepercayaan dan kebanggaan terhadap karya anak bangsa.
Forum "Indonesianisme Summit" mendapatkan dukungan baik dari sisi pemerintah maupun juga dari sisi industri terlihat dari pihak-pihak yang mendukung forum ini seperti dari pihak Kementerian Perindustrian, Kementrian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif, Kementrian Perhubungan, Kementrian ESDM, BPOM.
Sementara dari pihak industri seperti Astra, Telkomsel, Pertamina, Bukalapak dan sebagainya. Astra sebagai pendukung utama forum ini akan memberikan pemaparan dan memamerkan karya-karya insan Astra dalam sektor energi, transportasi, infrastruktur, pangan dan digital.
Forum ini juga memberi kesempatan kepada para teknopreneur start up untuk memamerkan dan memaparkan produknya. Hal tersebut ditujukan untuk dapat berdampak bagi tumbuhnya teknopreneur teknopreneur Indonesia.
"Indonesianisme Summit" 2017 akan diisi dengan konferensi berupa arahan dari Pemerintah, sesi inspiring talk, dan networking. Sebagai wakil pemerintah akan hadir Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar, Menteri Perhubungan Budi karya Sumadi, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Ketua BPOM Penny Lukito. Masing-masing wakil pemerintah tersebut akan terlibat dalam forum-forum yang dibentuk khusus sesuai dengan bidang industri masing-masing yaitu industri energi, industri digital, industri pangan, serta industri transportasi dan infrastruktur.
Selain itu, dalam forum khusus tersebut akan menyaksikan paparan sesuai dengan bidang industri masing-masing, yaitu paparan karya korporasi dan teknopreneur dalam industri energi, paparan karya korporasi dan teknopreneur dalam industri transportasi dan infrastruktur, paparan karya korporasi dalam industri pangan, dan paparan karya korporasi dan teknopreneur dalam industri digital.
"Indonesianisme Summit" merupakan yang kedua kali diadakan, setelah pertama kali digelar pada 10 Desember 2016, yang dihadiri oleh tujuh Menteri dan Panglima TNI serta kurang lebih seribu peserta.
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari bentuk kepedulian IA ITB dalam mencapai harapan menjadi bangsa pemenang. Pada bulan Mei 2016 dengan mengambil momentum Hari Kebangkitan Nasional, IA ITB telah menggelar Dialog Peradaban bertema "Bersatu Menjadi Bangsa Pemenang". IA-ITB juga menggandeng Ikatan Alumni dari berbagai Universitas di Tanah Air untuk memikirkan secara bersama-sama permasalahan bangsa.
Sebanyak 18 Ikatan Alumni dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia menyatakan bergabung bersama IA-ITB dalam HIMPUNI (Perhimpunan Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Negeri).
[rus]
BERITA TERKAIT: