Terdengar kabar bahwa seorang tokoh berpengaruh yang juga mantan menteri, pernah melakukan beberapa kali pertemuan dengan pihak manajemen Inpex, perusahaan minyak Jepang yang selama ini berinvestasi di Masela.
Dari informasi terbatas yang didapatkan redaksi, dalam pertemuan antara tokoh berpengaruh itu dengan manajemen Inpex, sempat ada beberapa kali pernyataan yang meremehkan kapasitas Presiden Joko Widodo dalam memutuskan pengembangan Masela.
Seolah, dengan latar belakangnya sebagai pengusaha mebel, Jokowi hanya akan mementingkan harga murah dan keuntungan besar. Setidaknya itu yang coba diyakinkan tokoh lokal tersebut kepada petinggi Inpex.
Narasumber redaksi mengungkapkan, di samping itu, diduga kuat ada aliran dana sekitar US$ 1 juta mengalir kepada dua orang pejabat. Dua orang pejabat ini sangat dikenal sebagai pendukung skenario membangun kilang apung di laut (offshore). Â
Redaksi juga mendapat informasi bahwa ada tiga orang setingkat Kepala Divisi di SKK Migas yang sangat ngotot menginginkan pembangunan floating LNG (FLNG) di Blok Masela. Sikap mereka dipandang berubah drastis setelah ketiganya "dikirim" ke Shell pada tahun lalu.
Seperti diketahui, tiga hari lalu, Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal Ramli, tegas mengatakan, pemerintah akan memutuskan pengembangan lapangan gas abadi blok Masela dengan skenario pembangunan kilang LNG di darat (onshore). Keputusan itu diambil setelah dilakukan pembahasan secara menyeluruh dan hati-hati, dengan memperhatikan masukan dari banyak pihak.
Esok harinya, Jurubicara Presiden, Johan Budi, mengatakan, Presiden Jokowi sangat hati-hati mempertimbangkan banyak aspek terkait Masela. Tidak hanya aspek komersial dan teknis tetapi juga aspek sosial, kultur, ekonomi, hingga pengembangan kawasan sekitar Blok Masela.
[ald]
BERITA TERKAIT: