Temuan Tim Terpadu Riset Mandiri Dimentahkan Tanpa Alasan Jelas

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 27 April 2013, 11:14 WIB
Temuan Tim Terpadu Riset Mandiri Dimentahkan Tanpa Alasan Jelas
rmol news logo Kemarin sejumlah ahli berkumpul di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka menuding Tim Terpadu Riset Mandiri yang sedang melakukan peneltian di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, tidak menggunakan kaidah ilmiah.

Mereka juga menandatangani sebuah petisi dan mengirimkannya kepada Presiden SBY. Di dalam petisi itu mereka antara lain meminta agar pemerintah menghentikan penelitian yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang.

Namun tidak dijelaskan lebih lanjut dimana sisi tidak ilmiah dari penelitian yang dilakukan antara lain DR. Danny Hilman Natawidjaja, DR. Andang Bachtiar, DR. Budiarto Ontowrijo dan DR. Ali Akbar itu.

Puslit Arkenas sudah sejak lama terlihat tidak mau mengakui hasil penelitian tim ahli yang diinisiasi Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief. Dua ahli di Puslit Arkenas yang selama ini kerap bersuara miring adalah Prof. Munarjito dan DR Sudjatmiko.

Penelitian yang dilakukan kantor SKP BSB ini sebenarnya berangkat dari penelitian mengenai potensi kebencanaan di kawasan patahan Cimandiri yang dilakukan Tim Katastrofi Purba untuk menemukan catatan dan pola kebencanaan di masa lalu yang diharapkan dapat digunakan dalam membangun peta bencana dan memitigasi bencana. Teknologi geolistrik dan georadar yang mereka gunakan menangkap fenomena anomali geologi di bawah situs megalitikum Gunung Padang.

Selanjutnya Tim Katastrofi Purba berubah nama menjadi Tim Terpadu Riset Mandiri. SKP BSB Andi Arief memberikan ruang dan kesempatan kepada para ahli dari berbagai disiplin ilmu kebumian untuk melanjutkan peneltian itu. Mereka juga telah mendapatkan restu dari Presiden SBY.

Selama ini Tim Terpadu Riset Mandiri selalu mengundang ahli-ahli di Puslit Arkenas untuk mendengarkan paparan riset. Sebaliknya, Puslit Arkenas tidak pernah sekalipun berani mengundang Tim Terpadu Riset Mandiri untuk bertukar pikiran.

Hasil riset Tim Katastrofi Purba menunjukkan ada bangunan yang dibuat ribuan tahun lalu di bawah situs megalitikum Gunung Padang. Tim itu pun merekomendasikan untuk melanjutkan eskavasi bertahap terutama agar tampak luar bangunan megah di bawah Gunung Padang bisa dipandang dengan jelas.

Hasil geolistrik dan georadar yang dilakukan Dr. Danny Hilman menunjukkan citra yang tidak alami. Hasil pengeboran yang dilakukan oleh geolog Dr. Andang Bachtiar menunjukkan sampai kedalaman 18 meter terdapat susunan batu-batu panjang berpenampang segilima (columnar joint) yang tidak alami.

Pengeboran tersebut juga menemukan semacam semen purba di antara columnar joint. Dr. Andri S, seorang petrograf menyatakan semen tersebut bukan batuan alami melainkan adonan yang berfungsi sebagai perekat.

Dr Ali Akbar yang melakukan ekskavasi di lereng timur hingga kedalaman empat meter menemukan struktur batu yang jelas memperlihatkan rancangan manusia.

Laboratorium Beta Analytic Miami, Florida, Amerika Serikat, yang ikut memeriksa usia lapisan di bawah situs megalitikum Gunung Padang bulan November tahun lalu memperkirakan bangunan tersebut berusia setidaknya 14 ribu tahun. Jauh lebih tua dari bangunan tua apapun dan dimanapun yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA