Begitu disampaikan salah seorang pendiri Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta, Hatta Taliwang, menanggapi pemberian gelar The First Rank of the Order Diplomatic Service Merit oleh Pemerintah Korea Selatan kepada Menkoperekonomian Hatta Rajasa pada Jumat (14/12) lalu.
Disebut-sebut, pemberian gelar tersebut diterima Hatta Rajasa dibarter dengan 8 megaproyek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Ke 8 proyek dengan nilai total proyek sebesar 50 miliar dolar AS itu adalah jembatan Selat Sunda, proyek gas alam terkompresi
(compressed natural gas/CNG), pembangunan rel kereta api Bengkulu-Muara
Enim, restorasi Sungai Ciliwung, pembangunan kluster industri berbasis
pertanian, pembangunan jembatan Batam-Bintan, pembangunan pembangkit
batubara di Sumatera Selatan, dan pembangunan kantor cabang perusahaan
kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering
(DSME).
Raffles adalah perwira Inggris yang pernah menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1811-1817. Ketika itu Inggris dan Prancis menguasai Belanda. Inggris mendapatkan kesempatan mengambil alih semua aset Belanda termasuk Hindia Belanda yang kini menjadi Indonesia.
Thomas Stamford Bingley Raffles punya kelebihan. Ia adalah seorang pencatat yang tekun, menyukai intelijen, pemikir berbakat, dan yang paling penting memiliki kecerdasan geopolitik dan geoekonomi yang luar biasa. Raffles langsung memerintahkan personil intelijennya untuk meneliti kemungkinan Raja Solo dan Raja Yogya bersatu. Ternyata betul, insting politiknya mengatakan demikian.
Hamengkubowono II berambisi mempersatukan dan menguasai Jawa bahkan menyatakan tidak takut dengan Inggris karena pernha menurunkan turunan Sultan Agung mengepung Batavia berbulan-bulan dan membuat orang Belanda gemetar ketakutan. Raffles segera melakukan operasi intelijen dan jg melakukan "operasi kultural". Hamengkubowono II sudah menyiapkan pasukan di Madiun untuk menyerbu Semarang. Raffles datang dengan diiringi sepuluh pengawal pasukan khusus Inggris menanyakan kebenaran itu.
Dalam episode inilah Raffles memberi hadiah atau oleh-oleh ke beberapa Pangeran di Jawa yang menurut pakar ekonomi DR. Rizal Ramli berupa kain sutera, porselin, gramaphone dan lain-lainnya dengan segala puja puji. Dengan itulah banyak pangeran dan sultan menjadi lunak hatinya dan membiarkan Raffles berkuasa dengan aman di Jawa.
"Dan Ilmu Raffles ini juga yang mungkin diteruskan Ratu Inggris sehingga SBY diberi Knight Grand Cross in the Order of Bath dan sebagai imbalannya Sang Ratu boleh terus bertahta di ladang gas Tangguh Papua senilai ratusan trilliun rupiah," demikian Hatta.
[dem]
BERITA TERKAIT: