Begitu dikatakan Kepala RSPAD, Mayjen Terawan Agus Putranto saat menerima delegasi dari 50 negara peserta Top Table Exercise Global Health Security (TTX GHS) di RSPAD, Selasa (24/10).
"Dimana sih tempatnya jika seandainya terjadi kejadian CDRM (terkana radiasi atau paparan nuklir) semua ada disini, boleh dilihat karena kita ingin membuka wawasan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk menhadapi segala hal terutama menghadapi bencana penyakit, dalam kemungkinan terburuk sekalipun," ajaknya.
Selain itu, lanjut Jendral bintang dua yang juga sebagai dokter spesialis radiologi ini, untuk mencegah sekaligus mendeteksi kemungkinan adanya Pandemik (penyakit yang menyebar) buatan yang bisa dikategorikan senjata kimia pemusnah massal, dibutuhkan adanya kolaborasi antara sektor kesehatan publik dan kesehatan militer.
Sehingga terjadi kewaspadaan bersama dan kemampuan merespons pada kasus kesehatan yang bersifat emergency.
"Militer selalu bersama berkontribusi untuk percepatan implementasi internasional health regulation (IHR) 2005," kata perwira tinggi yang menemukan metode DSA (Digital Subtraction Angiogram) untuk pasien yang terkena stroke ini.
[sam]
BERITA TERKAIT: