Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menjaga Kebhinnekaan Harus Dengan Kewaspadaan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 19 September 2017, 13:57 WIB
rmol news logo Masyarakat Indonesia sejatinya harus mensyukuri, menghargai dan dapat merawat kebhinekaan, termasuk kearifan lokal ataupun budaya yang ada di Indonesia sebagai upaya untuk mewaspadai adu domba.

"Untuk menjaga kebhinekaan dan kearifan lokal yang ada tentu juga harus dengan kewaspadaan. Kewaspadaan ini agar supaya berbagai macam perbedaan yang dimiliki bangsa ini tidak dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk memecah belah bangsa ini," ujar Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Dr. H. Hamim Ilyas di Jakarta.
 
Pria yang juga dosen pasca sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta ini mengingatkan, dari dulu hingga sekarang sebenarnya sudah ada usaha-usaha kelompok tertentu untuk memecah belah persatuan bangsa ini, di antaranya dengan cara mengadu domba.

"Cuma sekarang cara yang dilakukan untuk mengadu domba sudah lebih banyak, di antaranya melalui media, baik yang dilakukan media mainstream dan juga media sosial," ujarnya.

Lebih lanjut Hamim menerangkan, kewaspadaan dalam menjaga kebhinekaan untuk media itu sebenarnya di dalam Islam itu harus dengan memperluas permaknaan iqro.  Dimana iqro itu ibarat pada zaman dahulu kala dipahami sebagai literasi teknis, kemudian literasi fungsional, kemudian literasi kebudayaan dan sekarang ada literasi media baik literasi media sosial maupun literasi media mainstrem.

"Dan yang dalam kewaspadaannya itu sekarang ini bahwa ancaman bagi media mainstream itu lebih dari kepentingan pemilik modal. Sehingga perlu upaya agar pemilik media mainstream ini tetap menjaga obyektivitas dari medianya agar media sebagai pilar demokrasi yang keempat yaitu NKRI bisa tetap terjaga," ujar pria kelahiran Klaten, 1 April 1961 ini.

Menurutnya, akan menjadi sebuah bahaya besar bagi persatuan bangsa ini jika media mainstream tidak dipercaya lagi oleh masyarakat, ketimbang informasi hoax.

"Tentu bahaya banget itu nanti kalau sampai terjadi. Masyarakat akan mudah diadu domba dan termakan isu," ujarnya. 

Ketika dalam kenyataan seperti dirasakan oleh sebagian orang bahwa media itu tidak obyektif, maka masyarakat harus bisa memiliki kecerdasan untuk menyaring atau menerima informasi yang diterima. Karenanya pendidikan sangat penting apalagi dengan berkembangnya internet.

"Dengan berkembangnya internet sekarang ini kecenderungan orang itu untuk berfikir dangkal, tidak mau berfikir yang mendalam. Mudah-mudahan kita bisa mengatasi, jadi ini tantangan dunia pendidikan sehingga sekarang dunia pendidikan itu harus menanamkan kecerdasan bermedia," pintanya.

Selain melalui kecerdasan bermedia melalui pendidikan, maka penegakan hukum juga dinilainya menjadi penting. "Pengalaman di masyarakat kita sendiri bisa menjadi pelajaran. Dirinya memberikan contoh beberapa kasus konflik yang terjadi di negara Indonesia juga karena media sosial," ujarnya.

Demikian juga dalam menjaga kearifan lokal yang merupakan budaya turun temurun di negeri kita. Pria yang juga dosen Magister Studi Islam (MSI) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini berpesan agar senantiasa menjaga dan merawat budaya dan kearifan lokal di era sekarang.  Apalagi intervensi dari budaya-budaya barat dan negara lainnya sudah cukup mengkuatirkan masuk ke Indonesia.

"Kalau kearifan lokal itu hilang tidak ada lagi kebanggan bagi bangsa kita. Kearifan lokal ini juga sebagai upaya kita untuk merawat NKRI. Dan kita harus bangga dengan banyaknya budaya yang ada di negeri kita," ujarnya mengakhiri.[wid] 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA