Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Wakapolri: Pemberantasan Terorisme Harus Kedepankan Soft Power

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 19 Januari 2017, 17:49 WIB
Wakapolri: Pemberantasan Terorisme Harus Kedepankan <i>Soft Power</i>
Ilustrasi/Net
rmol news logo Pemberantasan terorisme harus dilakukan dengan cara soft power atau pencegahan dibandingkan hard power alias penindakan.

Begitu dikatakan Wakapolri Komjen Syafruddin dalam surat elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Kamis (19/1).

Hal yang sama diutarakannya saat bertemu Kepala Public Security Departement (PSD) Kerajaan Jordania Mayor Jenderal Ahmad Sarhan Al-Faqih. Dia bertemu selama 2 hari sejak Rabu hingga Kamis.

"Pencegahan terorisme dipandang lebih baik dan penting. Selain itu, Jordania memiliki kesamaan dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya bergama islam. Jordania merupakan salah satu badan intelejen terbaik didunia," Kata dia.

Syafruddin dan Sarhan berbagi cerita terkait situasi keamanan di negara masing-masing, terutama ancaman dari aksi terorisme. Kedua negara ini memiliki hubungan khusus terkait bidang keamanan.

Mantan Kalemdikpol ini mengucapkan selamat terlebih dahulu atas pelantikan Sarhan menjadi Kepala Kepolisian Jordania yang baru. Tak lupa, dia juga menyampaikan salam hormat dan hangat dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang tidak bisa hadir kunjungan.

"Pak Kapolri menunjuk saya mengadakan kunjungan dan koordinasi masalah terorisme serta pengembangan kepolisian. K‎ami juga mengundang Kepolisian Jordan untuk ke Indonesia agar jalinan kerjasama semakin erat dan lancar‎," kata Syafruddin.

Dia menjelaskan dalam kunjungan ini ada beberapa hal yang dibahas dengan Sarhan, salah satunya menyangkut tantangan global yang harus dihadapi bersama adalah terorisme termasuk apa yang dihadapi Indonesia sekarang ini.

Syafruddin mengucapkan bela sungkawa atas kejadian di Karak yang menyebabkan kematian, namun Jordania mampu mengatasi hal itu cepat sekali dengan menemukan tersangka dan otak pelaku teroris.

"Tentu secara teknis intelejen sangat cepat mengantisipasinya. Indonesia dan Jordan mampu menyelesaikan dengan cepat," ujarnya.

Syafruddin ingin menawarkan kerjasama khusus sekali dengan Kepolisian Jordan dan kini sedang merancang menempatkan LO Kepolisian Indonesia di Jordan.‎ Menurutnya, mungkin‎ secara teknis hal ini akan ditindaklanjuti kerjasama capacity building, kerjasama pelatihan dan pendidikan.

"Ini perlu ‎kita tingkatkan pendidikan di bidang transnational crime, penanggulangan terorisme, human traficking dan masalah global lainnya serta transfer pengetahuan intelijen, law enforcement dan la‎innya," jelas dia.

Sementara ‎Kepala Public Security Departement (PSD) Kerajaan Jordania, Mayor Jenderal Ahmad Sarhan Al-Faqih‎ mengatakan, saat ini Jordania mendapatkan tantangan dari terorisme dan radikalisme. Menurutnya, tantangan ini dari pengungsi yang memiliki background bermacam-macam.

"Jordania telah menerima pengungsi dari tahun 1948 hingga saat ini, setiap hari kami menerima para pengungsi. Para pengungsi ini dari Libia, Suriah, Irak, Palestina dan lainnya sehingga berdampak pada Jordania dari segi ekonomi, keamanan dan sosial," kata Sarhan.

Menurutnya, masalah serangan terorisme juga membawa keamanan yang tidak baik, mereka tidak membawa citra Islam yang baik. Menurut dia, negaranya memerangi paham extrimisme dengan cara komunikasi, seminar serta menggalang dan menekan paham-paham tersebut.

Ia mencontohkan telah melakukan mediasi dengan beberapa para kriminaliatas yang memiliki paham radikalisme sebanyak 365 orang dipenjara, kemudian berhasil mengembalikan mereka dari paham radikal sebanyak 61 orang.

"Jordania sangat mendukung sekali gerakan anti terorisme dan menekan paham extrimisme, kami mengupayakan menekan dan menghilangkan paham tersebut," tandasnya. [sam] ‎

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA