Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

BOM MOLOTOV SAMARINDA

GMKI Juga Tuntut Tanggung Jawab Wiranto dan Yasonna

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Senin, 14 November 2016, 19:48 WIB
GMKI Juga Tuntut Tanggung Jawab Wiranto dan Yasonna
Foto: Istimewa
rmol news logo Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto dan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham), Yasona Laoly harus bertanggung jawab atas aksi teror dengan bom molotov yang terjadi di Gereja Oikoumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Begitu dikatakan Ketua Umum Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) Sahat Martin Philip Sinurat kepada redaksi (Kantor Berita Politik RMOL), Senin (14/11).

Sejauh ini, aksi tersebut memakan korban 3 luka-luka dan 1 orang meninggal dunia. Ironisnya, keempat korban tersebut adalah anak-anak balita. Adapun bom yang dilakukan residivis Johanda alias Jo Bin Muhammad Aceng Kurnia di Gereja Oikoumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11).

Sahat menegaskan, Wiranto dan Yasonna harus bertanggung jawab lantaran Kementerian yang dipimpin mereka memiliki kewajiban melakukan pengawasan kepada setiap napi dan residivis teroris karena dimungkinkan untuk mengulangi tindakan kejahatan serupa yang dapat menganggu kepentingan nasional.
 
"Kepala Badan Nasional Penanggulan Terorisme,  Komjen Pol Suhardi Alius harus bertanggung jawab penuh karena telah membiarkan anak-anak yang tak berdosa telah menjadi korban terorisme di Samarinda,” ujarnya.
 
Selain itu, Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur,  Irjen Pol Safaruddin dianggap gagal dalam mengantisipasi aksi terorisme yang menyasar rumah ibadah yang menjadikan anak-anak sebagai korban.

GMKI, kata Sahat, juga mengingatkan masyarakat untuk tidak terprovokasi berlebihan dengan adanya aksi teror bom kepada gereja. Namun, aksi itu tidak boleh dianggap sepele oleh setiap elemen bangsa karena menyasar anak-anak yang sedang bermain diluar gedung gereja.

"Kita mengutuk keras siapapun yang mendalangi aksi terorisme yang menyasar anak-anak sebagai korban, terlepas apa pun yang mendasari tindakan tersebut,” tegasnya.

Seharusnya, upaya deradikalisme yang digaungkan pemerintah untuk mereduksi aksi terorisme bisa berbuah baik. "Namun dengan adanya insiden Samarinda, membuka mata kita, kelompok teroris yang menginginkan Negara yang ber-ideologi Pancasila ini runtuh, masih subur dan bebas bergerak,” jelasnya.
 
Sahat menginstruksikan, seluruh Badan Pengurus Cabang GMKI se-Tanah Air, para kader dan anggota yang tersebar di seluruh Indonesia untuk melakukan konsolidasi dengan setiap organisasi yang berbasis kepemudaan dan mahasiswa agar dapat menjaga keutuhan Bangsa.
 
"GMKI  meminta agar seluruh element masyarakat Indonesia tidak terprovokasi atas peristiwa terorisme yang memprovokasi dengan cara  menyerang rumah ibadah dan menyasar anak-anak,” tandasnya. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA