Mulai dari baju anti peluru, helm, sampai
decker (peindung siku), alat deteksi dini berupa robot pengintai, alat penyadap komunikasi canggih di Cyber Crime Investigations Satellite Office (CCISO) pemberian Australia, hingga gas air mata.
Menurut peneliti terorisme Indonesia Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya, dengan alat-alat itu jika memang niatnya penegakan hukum dengan meringkus para terduga, Densus 88 sudah pasti bisa melakukan penggerebekan tanpa pembantaian.
"Dengan banyaknya peralatan deteksi dini, alat pengintai serta pelumpuh dahsyat, dipastikan tidak ada kecolongan dari pihak Densus 88. Karena semua bisa diantisipasi dengan baik," ujar Mutofa dalam rilisnya, Jakarta (5/1).
Dalam penggerebekan terduga teroris di Ciputat Tangerang Selatan minggu lalu, Densus 88 melumpuhkan enam terduga teroris dan memakan waktu yang cukup lama, yaitu selama sembilan jam.
Jelas Mustofa, kejadian seperti itu sebenarnya tidak perlu terjadi. Dengan segala kelebihannya, Densus 88 jelas memiliki peralatan yang tidak dimiliki oleh teroris. Oleh karena itu, alasan 'adanya perlawanan dan bakutembak terduga' tentu tidak akan lagi terdengar karena semua aktifitas para terduga sudah bisa dideteksi sebelum penyergapan.
"Kalau hanya bisa membantai, tentu tidak perlu alat-alat itu. Densus cukup membawa senjata serbu, serta bom pelumat," tandas politisi PKS ini.
[rus]
BERITA TERKAIT: