Dalam sambutannya, Panglima TNI mengatakan bahwa segenap insan intelijen, lebih khusus kepada perwira intelijen Bais TNI, untuk meninggalkan paradigma lama intelijen yang masih melekat dalam benak dan pikiran para perwira. Buang cara berpikir datar yang hanya berpikir rutinitas dalam pelaksanaan tugas. Sebaliknya, para insan intelijen harus berani berpikir radikal, sebagaimana radikalnya ancaman yang berkembang saat ini.
"Gunakan dan kembangkan pendekatan
smart power dengan mengedepankan
soft power dalam tugas-tugas intelijen, melalui optimalisasi dialog dan komunikasi dua arah, karena sejatinya pada saat ini intelijen bukanlah sosok yang menyeramkan dan misterius," tegas Jenderal TNI Moeldoko, seperti dalam rilis yang dikirimkan Puspen TNI.
Sesuai dengan makna dasar, lanjut Panglima TNI, intelligent adalah kecerdasan yang dituntut bekerja sesuai dengan norma-norma ilmiah dan etika, sehingga diperoleh data yang
reliable. Dengan demikian, seseorang intelijen seharusnya adalah sosok yang cerdas dalam menjalankan tugasnya.
Lebih lanjut Panglima TNI mengatakan bahwa intelijen tidak bisa menahan keterbukaan informasi, dan tidak bisa mengendalikan komunikasi. Dalam kaitan tersebut, Bais TNI harus mengembangkan pendekatan dialog dan komunikasi pada setiap pelaksanaan tugas. Komunikasi memainkan peran signifikan dalam mencapai resolusi konflik, ketidakpercayaan, kecurigaan, serta permusuhan yang terjadi di masyarakat. Keberhasilan menyelesaikan perselisihan diklaim sebagai keberhasilan komunikasi.
[ald]
BERITA TERKAIT: