“Hal ini menandakan, walaupun provinsi ini jumlah penduduknya besar, tapi tingkat infeksinya persentasenya paling kecil dirutuan ke-28 dari 34 provinsi,†ucap Emil, sapaan akrabnya, di Makodam III/Siliwangi, Kota Bandung, Senin (22/6) demikian dilansir dari
Kantor Berita RMOLJabar.
Emil melaporkan, angka reproduksi efektif (Rt) Covid-19 Jabar konsisten di bawah angka 1, meski fluktuatif. Tingkat keterisian ruang perawatan Covid-19 di rumah sakit rujukan hanya 27,64 persen. Artinya, sekitar 72,36 persen ruang perawatan Covid-19 di rumah sakit rujukan masih tersedia.
“Angka rata-rata reproduksi Alhamdulillah di bawah 1. Setiap minggu kita melaporkan. Minggu ini memang ada kenaikan di 0,9. Tapi, kalau rata-rata selama dua minggu, (Rt) kami ada di 0,68,†ungkapnya.
“Dan berita baik lagi dari rumah sakit, turun lagi tingkat keterisian. Jadi, keterisian selalu menurun, menandakan tingkat kesembuhan yang sudah tujuh kali lipat dari tingkat kematian. Sekarang tinggal di 27,64 persen,†tambahnya.
Menurutnya, alat deteksi SARS-CoV-2 yang dikembangkan Universitas Padjajaran, yakni Deteksi CePAD atau Rapid Test 2.0, akan diproduksi sebanyak 5.000 kit dan memasuki validasi ke sampel virus asli.
Perbedaan rapid test 2.0 dengan rapid test yang umum digunakan saat ini adalah molekul yang dideteksi. Rapid test Covid-19 yang umum mendeteksi antibodi, dan rapid test 2.0 mendeteksi antigen. Sehingga, rapid test 2.0 dinilai dapat mendeteksi virus lebih cepat, karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi virus.
“Kita juga sudah mulai memproduksi rapid test 2.0. Dalam minggu-minggu ini dirilis 5.000. Yang sangat membanggakan karena rapid test ini adalah rapid test canggih mengetes antigen, bukan antibodi,†tandasnya.
BERITA TERKAIT: