"Sistem peringatan dini tsunami seperti terjadi tadi malam, juga terjadi di Palu, serta diakibatkan erupsi gunung yang ada di laut belum ada. BMKG belum memiliki," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho dalam jumpa pers di Yogyakarta, Minggu (23/12).
Perangkat sistem yang dimiliki hanya mampu mendeteksi potensi tsunami yang dibangkitkan aktivitas tektonik seperti gempa bumi.
"Indonesia sudah memiliki, tsunami early system dan BMKG pasti menyampaikan secara cepat kurang dari lima menit, begitu ada potensi, maka langsung diaktivitasi," ujarnya.
Sutopo menjelaskan, ada beberapa persyaratan terjadi tsunami kalau diakibatkan gempat bumi.
"Biasanya gempanya di atas 7 Skala Richter, kedalaman kurang dari 20 kilometer dan berada di zona subduksi pertemuan lempeng," terangnya.
Berbeda dengan tsunami yang menyapu kawasan pesisir pantai di Serang, Pandeglang, dan Lampung Selatan pada kemarin malam. Menurut Sutopo, BMKG sulit menyampaikan peringatan dini kepada masyarakat. Selain tidak ada tanda-tanda, kata Sutopo, kondisinya juga terjadi malam hari.
"Kondisnya malam, tiba-tiba langsung menerjang bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai baik itu pemukiman, perumahan penduduk maupun daerah wisata," tuturnya.
[wid]