TNI Dan Polri Bersatu Melawan Aktivis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/idham-anhari-1'>IDHAM ANHARI</a>
LAPORAN: IDHAM ANHARI
  • Minggu, 16 Desember 2018, 03:40 WIB
TNI Dan Polri Bersatu Melawan Aktivis
Peserta catur di Kantor DPP PGK/RMOL
rmol news logo Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) menggelar pertandingan catur persaudaraan antara aktivis, TNI, dan Polri, di Kantor DPP PGK, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Dalam pertandingan ini, masing-masing TNI dan Polri mengirimkan sepuluh personel. Mereka bersatu menghadapi 20 aktivis.

Pertandingan ini berlangsung selama dua babak. Masing-masing babak berlangsung 30 menit.

Regu dari TNI dipimpin oleh Kepala Kantor Administrasi Veteran Jaya 02/ Jakarta Utara, Mayor Sujono. Sedangkan dari Polri dipimpin oleh Kasie Teknologi Informatika Polres Jakbar Kompol Puryadi.

Ketua Umum PGK Bursah Zarnubi mengatakan, aktivis yang diterjunkan dalam pertandingan ini berasal dari berbagai generasi. Mulai dari aktivis angkatan 1980-an, angkatan 1990-an, hingga aktivis pasca-reformasi.

Menurut Bursah, pertandingan ini sengaja digelar untuk merajut kembali persaudaraan di antara anak bangsa, khususnya di kalangan TNI, Polri, serta aktivis.

“Kita sudah sering menggelar pertandingan catur, namun pertandingan kali ini konteksnya berbeda. Catur kali ini digelar untuk membangun persaudaraan antara TNI, Polri, bersama dengan aktivis,” kata Bursah dalam keteranganya, Sabtu (15/12).

Olahraga catur dipilih sebagai pintu untuk menyatukan aktivis, TNI, dan Polri. Ini lantaran catur menekankan pada adanya persaudaraan. Persaudaraan, ini kata Bursah, sangat penting karena Indonesia saat ini sedang mempersiapkan pesta demokrasi.

Di sisi lain mantan Ketua Umum PBR ini mengatakan, persatuan TNI Polri ini dibutuhkan untuk membangun sinergi guna mewujudkan stabilitas dalam berbangsa dan bernegara. Hal itu penting untuk menjaga kelangsungan demokrasi di masa yang akan datang.

“Sesuai dengan slogan catur, gens una sumus, berbeda tapi bersaudara. Karena itu, tujuan kita menyelenggarakan ini untuk mengikat silaturrahim agar kita membiasakan budaya agar bangsa ini semakin kokoh untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, dengan itu dibutuhkan stabilitas berkelanjutan,” kata Bursah.

Tujuan kedua kata Bursah, agar bangsa ini dapat belajar dengan terus menerus mengisi literasi berbangsa sehingga bangsa ini semakin beradab.

“Kita jangan seperti tradisi di medsos hari ini yang saling menghajar, saling menebar hoax. Jadi dengan budaya literasi, kita lebih kohesif. Sehingga dalam mewujudkan NKRI harga mati jadi keniscayaan di masa yang akan datang,” jelasnya. [ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA