Kepala Dinas SDA DKI Teguh Hendrawan menjelaskan peristiwa tersebut karena dalam proses pengerukan sebelumnya tidak ada kajian mengenai dampak yang akan dilingkungan sekitar.
Menurutnya jika ada mekanisme pengerukan dengan menghitung secara tepat, maka kejadian amblasnya bangunan rumah tidak akan terjadi.
Ia memberi contoh pengerukan Kali Sentiong. Warga minta agar dasar kali dikeruk karena bau yang menyengat. Namun pihaknya tidak sembarangan melakukan pengerukan, karena dampak yang ditimbulkan bisa terjadi longsor.
"Karena tidak dilakukan penghitungan sebelum melakukan pengerukkan. Nah ini harus ada kajiannya, jadi gak sembarangan mengeruk," ucap Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Teguh Hendrawan di Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (20/11).
Selain menghitung dengan tepat, sosialisasi kepada warga yang membangun rumah di bantaran kali juga harus dilakukan. Mengingat pengetahuan mengenai kekuatan tanah dan pengerukan di bantaran kali masih minim.
Teguh juga berharap pengerukan di bantaran kali bisa ditangani oleh Dinas SDA DKI Jakarta. Sebab pihaknya memiliki Unit Pengelola Penyelidikan Pengujian dan Pengukuran (UP4) yang akan meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
"Sebelum melakukan pengerukan, jadi kami bisa melakukan pengerukan itu seberapa jarak, seberapa dalam. Makanya saya cerita ke Pak Anies untuk ada ketegasan terkait masalah pengerukkan," katanya.
[nes]