Kampung-kampung Di Yogyakarta Didorong Ikut Jejak Langenastran

Selasa, 18 Oktober 2016, 19:04 WIB
Kampung-kampung Di Yogyakarta Didorong Ikut Jejak Langenastran
rmol news logo Kampung-kampung di Yogyakarta didorong untuk ikuti jejak Langenastran yang mendeklarasikan diri sebagai Kampung Wisata Budaya berdasarkan inisiatif masyarakatnya dengan menyelenggarakan festival-festival budaya berbasis pada kearifan lokal. Dengan cara ini seperti ini, potensi budaya dan ekonomi kreatif di masing-masing kampung dapat diangkat sebagai obyek wisata yang dapat ditawarkan kepada wisatawan domestik dan manca negara.
 
Demikian disampaikan Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAY), istri Wakil Gubernur DIY Adipati Paku Alam X dalam pidato peresmian 'Batik & Bathok Night' di Ndalem Darajaten, Kampung Langenastran pada Sabtu lalu (15/10). Pembukaan acara ditandai dengan guratan motif batik oleh GKBRAY A. Paku Alam X.

Selain masyarakat setempat, acara juga dihadiri berbagai tamu dari Jerman, Kanada, Pangkalan Bun, Malang dan juga mantan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro beserta istri, mantan Wakasad Letjen TNI (P) Kiki Syahnakri, Wakil Walikota Yogyakarta Imam Priyono, Wakil Ketua Badan Advokasi Hukum (BAHU) DPP PartaiNasdem Hermawi Taslim, dan Kepala Pengelola Pusat Perbelanjaan Beringharjo Gunawan Nugroho Utomo.
 
"Saya bangga dengan kampung wisata budaya Langenastran, yang melakukan gerakan pelestarian warisan leluhur baik melalui upaya mereka sendiri. Pemerintah sama sekali tidak memberikan bantuan apapun atas penyelenggaraan festival Batik & Batok Night ini. Namun acara yang sangat meriah ini terselenggara karena kreativas dari masyarakatnya. Langenastran memang luar biasa. Saya mendorong kampung lain di Yogyakarta mengikuti jejak Langenastran," jelas GKBRAY A. Paku Alam X.
 
Keterkejutan tentang penyelenggaraan festival Batik & Bathok Night di Langenastran juga diungkapkan oleh Purnomo Yusgiantoro. Mantan Menhan itu mengungkapkan, dalam bayangannya festival tersebut seperti bazaar batik dan kuliner yang memenuhi jalan Langenastran. Namun bayangan itu tertepis ketika melihat suasana festival profesional di sepanjang Jalan Langenastran Lor.
 
"Ini bukan sekedar bazaar tetapi benar-benar festival yang mengagumkan apalagi diselenggarakan hanya oleh sebuah Kampung. Saya sungguh terpesona dan akan mengajak Langenastran dalam berbagai pameran batik internasional. Semangat berkebudayaan tersebut harus menjadi contoh bagi masyarakat di daerah lain," ujar pendiri Yayasan Purnomo Yusgiantoro yang bergerak di bidang budaya tersebut.
 
Sementara, Kiki Syahnakri menambahkan, potensi budaya yang berangkat dari kekuatan nilai-nilai lokal adalah cara yang paling ampuh untuk melawan kekuatan asing yang ingin menghancurkannya. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Langenastran menjadi contoh dari berbagai kampung di Indonesia untuk membangun jati diri Indonesia.

Dalam sambutannya, ketua penyelenggara KRT Radya Wisraya Sumartoyo mengatakan bahwa Yogyakarta menyimpan berbagai potensi yang mampu mendukung gelar sebagai Kota Batik Dunia. Dengan festival bulanan ini, Paguyuban Masyarakat Kampung Langenastran secara bertahap namun pasti akan membangkitkan kekuatan ekonomi kreatif termasuk kuliner tradisional yang ada di daerahnya.
 
Acara Batik & Batok Night sangat meriah dan professional untuk ukuran sebuah kampung yang baru sebulan mendeklarasikan diri sebagai Kampung Wisata Budaya. Selain menyaksikan pameran batik koleksi Kadipaten Pakualaman dan kraton Yogyakarta, para tamu disungguhi tari Gemu Fa Mi Re asal Maumere yang dipersembahkan oleh Sanggar Kinanti Sekar dan Bregada Jemparingan (prajurit panahan) Langenastro. Acara ditutup dengan santap malam bersama untuk para tamu di bangsal ndalem Madukusuman. [wah]   

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA