Gun Gun Heriyanto mencermati itu sebagai langkah strategis Jokowi menggaet generasi muda dalam bursa pemilihan calon presiden 2014 mendatang.
"Itu yang saya maksud sebagai politik publish city, itu basisnya komunikasi dengan catatan politik transaksional berlebihan, untuk tujuan membeli pemilih. Pasti high cost," ujar pengamat politik tersebut saat dihubungi wartawan, Senin (28/10).
Gun pun berkeyakinan aksi Jokowi tersebut bisa memunculkan rasa memiliki di kalangan kaum muda. Apalagi mengingat dari 186 juta pemilih Indonesia, sebanyak 50 juta di antaranya merupakan anak muda.
"Artinya satu pangsa pasar pemilih. Kan pemilih Indonesia bukan pemilih yang ajek, ini terkait identifikasi kepartaian bahwa dia punya identitas kepartaian," jelasnya.
Salah satu pemilih yang tidak ajek atau swing folter adalah migrasi pemilih PDI Perjuangan tahun 1999 lalu. PDIP memang menang waktu itu. Hanya saja di Pemilu tahun 2004 kalah dan disaat yang bersamaan tiba-tiba suara Golkar meningkat tajam dibandingkan tahun 1999. Sedangkan tahun 2009, suara Demokrat yang melambung tinggi.
"Tidak ajek, perubahan dari partai ke partai itu tidak signifikan. Saya melihat posisi anak muda, banyak yang bermigrasi, dan memang harus digarap dengan pendekatan impresif, bukan jadul," tukasnya.
[wid]
BACA JUGA: