Pasalnya, materi ini dianggapnya sangat penting untuk diketahui masyarakat. Karena, hal ini bisa menjadi warning dan langkah antisipatif publik untuk meminimalisir penularan virus corona di Indonesia.
"Kita perlu memahami tentang pola penularannya," kata Wiku Adisasmito dalam jumpa pers, di Gedung Graha Di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jalan Pramuka No. 38, Matraman, Jakarta Timur, Selasa (18/3).
Hingga saat ini, lanjut gurubesar Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (UI) ini, seluruh peneliti di dunia tengah mencari tahu proses virus corona ini berkembang biak. Termasuk dugaan untuk berkembang biak di hewan.
Akan tetapi jika melihat dugaan awal penyebarannya, Wiku Adisasmito melihat adanya peluang virus corona berkembang biak di hewan. Seperti halnya temuan pertama kasus di China, yang berasal dari kelalawar.
"Jadi kalau prinsipnya adalah menggunakan prinsip survival of the fitness, siapa yang bisa fit dengan lingkungan maka dia akan survive, akan hidup. Maka dari itu, kita harus berusaha untuk bisa menjauhkan kemungkinan virus itu, untuk bisa hidup atau menyesuaikan diri," ungkap Wiku Adisasmito.
Untuk langkah antisipatif penularan corona, Wiku mengimbau masyarakat untuk membatasi interaksi dengan manusia, menjaga pola hidup bersih, dan juga membatasi interaksi dengan hewan.
Adapun untuk interksi dengan hewan yang dimaksudkan Wiku Adisasmito, yakni mengenai konsumsi kebutuhan-kebutuhan pangan manusia yang berasal dari hewan.
"Karena berbagai penyakit yang ada di hewan bisa saja tidak menimbulkan penyakit pada hewan, tetapi apabila dia mampu bertindak (menularkan) kepada manusia, dan kemudian manusianya rentan penyakit, itu salah satunya virus ini bisa menyesuaikan diri," ungkap Wiku Adisasmito.
"Maka dia akan menimbulkan penyakit pada manusia. Itu adalah mekanisme yang juga perlu dipahami," tutup dia menambahkan.