Banyak pelaku pedofil memanÂfaatkan media sosial untuk mengincar mangsa, berinteraksi sesama mereka, bahkan sharing konten memanfaatkan grup media sosial.
Kehkawatiran publik tercermin pada kecemasan netizen Tanah Air ihwal pedofil online, terkait terungkapnya kasus grup Facebook
'Official Loly Candys 18+.'
Di group Facebook ini, komunitas pedofil bebas berinteraksi, berbagi trik mendapatkan korban, sharing pengalamaan, bahkan sharing konten pelecehan dan pencabulan terhadap anak.
Kepolisian menyebutkan setidaknya ada 500 film dan 100 foto berkonten pornografi anak ditemukan di grup yang dibuat pada September 2014 itu. Komunitas pedofil online di grup itu sempat memiliki 7.479 anggota. Hingga kini kepolisian menangkap 5 orang tersangka.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kombes Wahyu Hadiningrat bilang, pihaknya masih berusaha mengidentifikasi anak-anak korban pedofil yang tampak pada ratuÂsan video dan foto di grup itu.
"Kami ambil digital forensik, dari gadget yang disita (barang bukti ponsel milik para tersangka), begitu juga dari akun Facebook ada 500 film dan 100 lebih gambar. Satu per satu kami pelajari dan dicari yang lengkap," ujar Wahyu di Mapolda Metro Jaya.
Konten-konten yang ditemukan memperlihatkan bagian tubuh anak, termasuk saat pencabulan dilakukan. Bahkan ada peserta grup yang memÂbubuhkan identitas untuk memastiÂkan konten yang ia share di grup asli perbuatannya.
Para pengguna media sosial gemÂpar membahas pedofil online. Di antaranya, para pengguna forum online Kaskus tampak heran, kenapa grup Facebook komunitas pedofil dengan ribuan peserta baru terungÂkap sekarang. Itupun terungkap berkait laporan masyarakat, bukan karena hasil kerja kepolisian. "Udah ribuan membernya," gila tuh.
"Biasanya Facebook atau medÂsos populer lain sigap menghapus konten gituan," tulis akun I.Just. Run. "Waduh dejavu. Kejadian yang pernah terjadi pada abad ke-6 terulang kembali," sesal akun daÂvid..wood.
Kaskuser Deeparmor mengaku kenal salah seorang pelaku pedofil. "Wuanjrit! Ane kenal tuh ama orang yang di ss FB-nya. Muke gile! Moga pak polisi cepat tangkap pedofil laknat," tulisnya mengomentari tautan capture salah satu materi grup tersebut.
"Padahal lebih enak sama janda," canda akun tukeran.id...yuk.
Penggiat kaskus dengan nama akun mbahmomon mengimbau agar foto dan film di grup tersebut dimusnahkan segera. Dia khawatir konten-konten di grup tersebut menyebar dan memancing korban baru.
"Buruan musnahkan tuh film dan foto sebelum nyebar dan menyebabÂkan korban baru. Sekalian pedo (kelamin para tersangka, red) juga musnahkan sebelum makan korban lain," pintanya.
Netizen juga menyampaikan saÂran untuk mencegah pedofilia. Ada saran yang standar, ada juga saran yang sadis.
"Wajib dididik agama nih biar pelaku nggak pedopil lagi. Pelaku pernah kena pelecehan, trus jadi pedopi. Nggaj fair," saran akun elvaelisyadt.
"Kebiri aja udah. Masalah seleÂsai!" saran akun
fnatic.era untuk melawan pedofilia.
Pengguna Twitter juga heboh membahas kasus ini. Di antaranya, akun @ZaraZettiraZZ membagikan infografis yang diterbitkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tentang bagaimana menÂgantisipasi pedofil.
"Demi anak-anak kita, tips di gambar ini sangat penting untuk meÂlindungi mereka dari kejaran pedoÂfil," tulisnya tentang tips mencegah pedofilia versi KPAI.
"Ribuan anak perempuan jadi mangsa para pedofil. KPAI malah sibuk urus anak artis dan LGBT. Oh saya lupa, KPAI dukung kawiÂnin anak korban!" sindir akun @ tunggalp."
Astagfirullah, time line gue isinya pedofil semua," keluh akun @dj_fikria.
Tweeps lain mencemaskan fenomena pedofil layaknya LGBT (Lesby, Gay, Bisex dan Transgender), yang dilegalkan di beberapa negara Barat. "Terlepas pedofil tadi. Sekarang praktek LGBT jadi sebahagian dariiÂpada (perilaku seksual) masyarakat, tak mustahil pedofil pun boleh pada masanya nanti," cemas akun @ fyqajay.
Secara terpisah, Ketua KPAI Asrorun Niam mengimbau setiap orang tua untuk tidak sembarang mengunggah foto anak di media sosial, guna mengantisipasi kejahaÂtan pedofil.
"Orang tua harus memahami apa itu bermedsos dan media berbasis cyber. Tidak semua yang baik menuÂrut kita pantas dilakukan di media sosial, karena media sosial akan mudah diakses oleh seluruh orang. Kita harus tutup peluang tindak kejahatan akibat kita beraktivitas di media sosial karena media sosial untuk pertemanan dan komunikasi, bukan umbar hal-hal privat ke pubÂlik," saran Asrorun. ***