Tur ini juga mencakup Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA), serta kemungkinan persinggahan di Turki, tergantung pada perkembangan pembicaraan Rusia-Ukraina.
Dalam pernyataan sebelum keberangkatan dari Pangkalan Gabungan Andrews pada Senin, 12 Mei 2025, Trump menyampaikan harapan besar terkait perdamaian di Gaza dan perkembangan diplomatik dengan Iran.
“Ini berita besar. Dia pulang ke rumah orang tuanya, yang merupakan berita yang sangat bagus. Mereka mengira dia sudah meninggal," ujar Trump menanggapi pembebasan sandera AS-Israel Edan Alexander oleh Hamas, seperti dimuat
Reuters.
Kunjungan ini menjadi sorotan karena berlangsung di tengah perang Israel-Hamas yang masih berkecamuk.
Trump, yang sebelumnya menyatakan keyakinan bisa mengakhiri konflik Gaza dengan cepat, kini mengakui kompleksitas situasi dan menyatakan adanya hal-hal yang sangat baik terjadi dalam negosiasi terkait ambisi nuklir Iran.
Trump juga mengisyaratkan adanya ketegangan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, khususnya terkait pendekatan terhadap Gaza, serangan ke kelompok Houthi di Yaman, dan program nuklir Iran.
Meski begitu, ia tetap menyuarakan harapan akan kemajuan selama lawatannya.
“Saya berharap sandera lainnya juga akan dibebaskan,” kata dia kepada wartawan.
Trump juga membuka kemungkinan perubahan rencana perjalanan untuk mengunjungi Istanbul jika pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina mengalami kemajuan.
“Saya tidak tahu di mana saya akan berada pada titik tertentu itu, saya akan berada di suatu tempat di Timur Tengah. Tetapi saya akan melakukannya, jika saya pikir itu akan membantu,” ungkap Trump, menandai fleksibilitas strategisnya dalam kunjungan ini.
Arab Saudi kembali menjadi destinasi pertama Trump dalam tur luar negerinya, sama seperti kunjungan pertamanya sebagai presiden pada 2017.
Namun berbeda dari saat itu, kali ini Israel tidak masuk dalam agenda lawatan, mencerminkan perubahan fokus strategis dan geopolitik AS di kawasan Teluk.
Keputusannya untuk melewati sekutu tradisional seperti Israel dan langsung menyambangi negara-negara Teluk menggarisbawahi pentingnya hubungan diplomatik dan bisnis dengan kawasan tersebut.
Qatar disebut akan menjadi pusat negosiasi penting, terutama karena peranannya sebagai perantara antara Hamas dan Israel. Netanyahu sendiri dijadwalkan mengirim mediator ke Doha pada hari Selasa untuk melanjutkan dialog damai.
Sementara itu, Hamas meminta Trump untuk melanjutkan upaya mengakhiri perang setelah pembebasan sandera Alexander.
Tur ini dipandang sebagai ujian besar bagi kebijakan luar negeri Trump di masa jabatan keduanya, yang penuh tantangan namun juga peluang strategis.
BERITA TERKAIT: