Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ambisi Pakistan Jadi Model Asia Ditopang Pondasi Rapuh

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/jonris-purba-1'>JONRIS PURBA</a>
LAPORAN: JONRIS PURBA
  • Minggu, 17 November 2024, 01:15 WIB
Ambisi Pakistan Jadi Model Asia Ditopang Pondasi Rapuh
Ilustrasi siswa sekolah di pemukiman miskin Pakistan.
rmol news logo Di tengah ambisi menjadi model Asia, Pakistan faktanya masih dihadapkan pada berbagai persoalan mendasar. Aksi terorisme masih terus terjadi, dan mengkhawatirkan. Sepanjang 2024 saja, menurut Institut Pakistan untuk Studi Konflik dan Keamanan yang berbasis di Islamabad, setidaknya terjadi 785 serangan bersenjata yang menewaskan 951 orang dan mencederai 966 lainnya. 

Laporan Al Jazeera menyebutkan pada 7 November, empat tentara dan dua mahasiswa tewas dalam serangan di Pakistan barat laut. Sebuah bom pinggir jalan meledak di dekat kendaraan yang membawa pasukan keamanan di Pakistan barat laut, menewaskan empat petugas dan melukai lima lainnya, kata para pejabat. 

Pengeboman pinggir jalan terjadi di wilayah Waziristan Selatan di provinsi Khyber Pakhtunkhwa. 

Tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi kelompok bersenjata Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), yang juga dikenal sebagai Taliban Pakistan, telah mengintensifkan serangannya di daerah itu sejak sekutunya, Taliban Afghanistan, mengambil alih kekuasaan di negara tetangga Afghanistan pada tahun 2021.

Tentara Pakistan telah mengonfirmasi "kematian" empat perwira tetapi mengatakan pasukan keamanan juga membalas dan menewaskan lima "Wahajir," istilah yang digunakan oleh tentara untuk Taliban Pakistan. 

Perdana Menteri Shahbaz Sharif menyatakan "kesedihan dan kesedihan" atas pembunuhan para prajurit dan berkata, "Perang kita melawan teroris akan terus berlanjut sampai pemberantasan terorisme sepenuhnya dari negara ini."

Pada hari yang sama sebuah bom yang ditembakkan oleh militan bersenjata jatuh di dekat jalan di Lembah Tirah di Khyber Pakhtunkhwa, menewaskan dua siswa yang sedang berjalan ke sekolah, kata polisi.

Gerakan TTP Pakistan menguat sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada tahun 2021. Islamabad sering menuduh Kabul menyediakan perlindungan bagi militan Pakistan. Tuduhan ini selalu dibantah oleh Taliban.

Selain gelombang serangan teroris, sektor pendidikan Pakistan juga memprihatinkan. Express Tribune melaporkan banyak sekolah, terutama yang berada di daerah terpencil dan rawan banjir, tidak layak secara struktural dan berisiko runtuh.

Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 1 November di Peshawar, Pakistan, keruntuhan tersebut mengancam wilayah Swat karena 80 persen infrastruktur sekolah masih tidak stabil dan standar hidup penduduknya pun terancam.

Hingga 80 persen bangunan sekolah pemerintah di Malakand dianggap tidak aman, membahayakan keselamatan siswa, guru, dan staf pendidikan, menurut Departemen Komunikasi dan Pekerjaan Swat, sebagaimana dilaporkan oleh surat kabar Express Tribune.

Situasi ini telah menyebabkan insiden cedera. Pada awal Juli 2024, enam anak terluka ketika atap ruang kelas runtuh di desa Tangar, yang terletak di dewan serikat Waleirai di tehsil Matta, Swat. Safiga Gul, juru bicara Layanan Penyelamatan Swat 1122, melaporkan bahwa tiga dari anak-anak yang terluka berada dalam kondisi kritis. 

Setelah menerima perawatan awal di Rumah Sakit Direktorat Pusat Matta, anak-anak tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Pendidikan Saidu untuk perawatan lebih lanjut, demikian dilaporkan Express Tribune.

Situasi di Pakistan ini menurut banyak kalangan akan menyulitkan Pakistan sendiri dan kawasan bahkan panggung global. Keinginan Pakistan menjadi sekutu China dan Amerika Serikat di saat yang bersamaan sama sekali tidak didukung kesiapan negara itu membangun pondasi melalui dunia pendidikan, dan menjadi keamanan.  rmol news logo article
EDITOR: JONRIS PURBA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA