Publikasi Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) bertajuk 'The Muslim 500: The World's 500 Most Influential Muslim 2025' menempatkan Prabowo di urutan ke-18.
Di urutan ke-17 ditempati oleh cendikiawan Muslim Mauritania, Sheikh Abdullah bin Bayyah. Sementara di bawah Prabowo atau di urutan ke-19 ada Ketua Nahdlatul Ulama yakni Yahya Cholil Staquf.
Jajaran pemimpin negara yang masuk 20 besar bersama Prabowo di antaranya ialah Raja Yordania Abdullah II (ke-1), Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani (ke-3), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei (ke-4), Raja Arab Saudi Salman bin Abdul-Aziz (ke-5), Presiden Uni Emirat Arab Mohamed bin Zayed Al-Nahyan (ke-7).
Kemudian ada Presiden Turki Recep Tayyip Erdo?an (ke-8), Raja Maroko Mohammed VI (ke-1o), Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman (ke-12), Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (ke-15), dan Presiden Mesir Abdel Fattah Saeed Al-Sisi (ke-20).
Dalam laporannya, RISSC menggambarkan Prabowo sebagai tokoh pemimpin yang kuat dan berjiwa nasionalis.
"Sepanjang karier politiknya, Prabowo telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin nasionalis yang kuat, yang menekankan pembangunan ekonomi, ketahanan pangan, dan kebijakan luar negeri yang lebih tegas," ungkap laporan tersebut, seperti dilihat redaksi pada Rabu, 9 Oktober 2024.
Prabowo dipuji karena retorika nasionalisnya dan janji kepemimpinan yang kuat menggema di hati banyak orang Indonesia.
Meskipun ada kontroversi seputar masa lalunya, Prabowo disebut tetap memiliki popularitas yang signifikan di Indonesia.
Kemampuan berbicara di depan publik yang karismatik dan kemampuannya untuk terhubung dengan para pemilih di pedesaan dan kelas pekerja, membuatnya terpilih menjadi presiden Indonesia yang ke-8.
"Kemenangannya dalam pemilihan presiden 2024, setelah dua kekalahan sebelumnya, menunjukkan kemampuan Prabowo dalam membangun koalisi yang luas," ungkapnya.
Adapun peran Prabowo sebagai Presiden 2024-2029 nantinya juga disebut akan menghadapi tantangan untuk mempersatukan bangsa yang beragam serta memenuhi janji-janji kampanye soal pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
"Kepemimpinannya sebagai presiden kemungkinan akan menandakan pergeseran kebijakan dalam dan luar negeri Indonesia, secara potensial mendefinisikan ulang peran negara tersebut di kawasan Asia Tenggara dan panggung global," papar publikasi tersebut.
BERITA TERKAIT: