Mengutip
AFP pada Kamis (13/9), cabang politik Ikhwanul Muslimin di Yordania itu memenangkan 31 dari 138 kursi. Ini merupakan pencapaian bersejarah karena IAF sebelumnya hanya memperoleh 10 kursi pada pemilu 2020.
"Kami senang dengan hasil ini dan dengan kepercayaan yang diberikan kepada kami oleh rakyat Yordania," kata Sekretaris Jenderal IAF Wael al-Saqqa.
Dia berjanji bahwa dengan kepemimpinan IAF, Yordania akan menjamin bantuan penuh untuk Palestina.
"Gaza, Palestina, dan Yerusalem semuanya adalah bagian dari kompas resmi dan populer di Yordania dan kami akan berupaya mempertahankannya," tegasnya.
Partai Islamis memanfaatkan kemarahan yang meningkat atas perang di Jalur Gaza. Mereka menggunakan isu ini untuk meraih banyak dukungan suara.
IAF, satu-satunya oposisi akar rumput Islamis, memuji pihak berwenang karena tidak ikut campur dalam pemilihan umum.
Ketua Komisi Pemilihan Umum Independen Musa Maaytah mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa kebangkitan IAF mencerminkan pluralisme politik di Yordania.
Kursi-kursi lain di parlemen diberikan kepada perwakilan suku-suku besar Yordania, partai-partai kiri, faksi-faksi pro-pemerintah, kaum sentris, mantan anggota parlemen, dan perwira militer yang sudah pensiun.
Dua puluh tujuh perempuan memenangkan kursi di badan legislatif, menyusul reformasi tahun 2022 yang mengalokasikan lebih banyak kursi untuk mereka dan mengurangi usia minimum untuk kandidat.
Reformasi itu juga memperluas jumlah kursi dari 130 menjadi 138 dan berupaya memperkuat peran partai politik di badan legislatif.
Berdasarkan konstitusi Yordania, sebagian besar kekuasaan masih berada di tangan raja yang menunjuk pemerintahan dan dapat membubarkan parlemen.
Raja berharap partai politik yang baru lahir di bawah undang-undang baru akan membantu membuka jalan bagi pemerintahan yang muncul dari mayoritas parlemen.
BERITA TERKAIT: