Melalui video yang beredar di media sosial, tampak Netanyahu berdiri di depan peta digital yang menunjukkan keseluruhan Tepi Barat dan Yerusalem Timur telah ditandai sebagai wilayah Israel. Sementara Jalur Gaza masih diberi garis pemisah.
Pada kesempatan itu, Netanyahu menekankan pentingnya mempertahankan pasukan Israel di koridor Philadelphia yang berbatasan dengan Gaza dan Mesir.
"Hamas membutuhkan Rute Philadelphia, dan oleh karena itu, kita harus mengendalikan Rute Philadelphia," tegasnya, seperti dimuat
Middle East Monitor pada Rabu (4/9).
Israel menolak untuk menarik diri dari koridor Philadelphia, mengklaim bahwa koridor tersebut adalah jalur yang membuat Hamas bertahan di Gaza.
Keputusan itu membuat gencatan senjata yang diupayakan Qatar, Mesir dan Amerika Serikat kembali terhambat.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengeluarkan respons terkait penghapusan peta Palestina di Tepi Barat. Mereka menyebut tindakan itu sebagai bukti nyata niat kolonialisme Israel.
"Netanyahu terus dan berulang kali menggunakan peta yang memasukkan Tepi Barat sebagai bagian dari negara pendudukan, sebagai pengakuan yang jelas dan eksplisit atas kejahatan kolonial rasis ini," tegas pernyataan tersebut.
Ini bukan pertama kalinya pejabat Israel menggunakan peta yang menghapus wilayah Palestina.
Sejak perang Gaza dimulai, banyak selebriti dan pejabat terlihat mengenakan kalung bergambar wilayah Palestina, tetapi mereka klaim sebagai Israel.
Sementara tentara pendudukan yang dikerahkan di Gaza mengenakan lencana seragam yang menggambarkan peta Israel Raya.
Pada bulan September 2023, Netanyahu berpidato di Majelis Umum PBB dengan menyatakan bahwa peta 'Timur Tengah Baru' dengan Palestina dihapuskan sepenuhnya.
Beberapa bulan sebelumnya, pada bulan Maret tahun yang sama, Menteri Keuangan sayap kanan, Bezalel Smotrich, berpidato di sebuah acara di Paris sambil berdiri di dekat peta 'Israel Raya', yang menggambarkan Yordania sebagai bagian dari Negara Yahudi yang memproklamirkan diri.
BERITA TERKAIT: