Prancis menjadi negara pertama yang membantu warga negara yang terlantar untuk kembali ke tanah air, dua hari setelah kedutaannya di Niamey diserang oleh pengunjuk rasa menyusul kudeta militer terhadap Presiden Mohamed Bazoum.
"Ada 262 orang di dalam pesawat, sebuah Airbus A330, termasuk selusin bayi," kata Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna kepada
AFP saat pesawat meninggalkan Niger.
"Hampir semua penumpang adalah rekan senegaranya bersama dengan beberapa warga negara Eropa," katanya.
Colonna mengatakan itu adalah yang pertama dari tiga penerbangan yang direncanakan untuk mengevakuasi warga dari Niger.
Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan evakuasi dilakukan setelah terjadi kekerasan terhadap kedutaannya pada Minggu dan penutupan wilayah udara yang membuat warga tidak dapat meninggalkan Niger secara mandiri.
Kementerian Luar Negeri Jerman sudah mendesak warganya di Niger agar menerima tawaran dari otoritas Prancis untuk bergabung dengan penerbangan evakuasi mereka pada Selasa, beberapa hari setelah junta merebut kekuasaan di negara Afrika Barat itu.
"Kami dapat mengonfirmasi bahwa rekan Prancis kami telah menawarkan, dalam batas kapasitas yang tersedia, untuk membawa warga negara Jerman ke dalam penerbangan mereka dari Niger," kata Kementerian tersebut.
Diperkirakan kurang dari 100 warga Jerman berada di Niger, tidak termasuk mereka yang merupakan bagian dari misi militer Bundeswehr.
Sementara itu, Pemerintah Italia mengatakan sedang melakukan penerbangan khusus untuk warganya yang ingin meninggalkan Niger dan menegaskan bahwa itu bukan evakuasi.
"Sekitar 90 warga Italia berada di Niamey, dari hampir 500 orang di seluruh negeri," kata Kemenlu Italia.
Di Spanyol, Kementerian Pertahanan telah menyampaikan pada Selasa bahwa pemerintah sedang bersiap untuk mengevakuasi lebih dari 70 warganya di Niger melalui udara.
Perwakilan Kementerian Luar Negeri menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang operasi tersebut, seperti apakah Spanyol akan mengirim pesawatnya sendiri, karena masalah keamanan.
Kementerian mengatakan staf kedutaan di Niamey telah menghubungi warga Spanyol dan pengunjung di sana untuk mengkoordinasikan operasi tersebut.
Inggris dan AS sejauh ini mengatakan bahwa mereka tidak bergabung dalam proses evakuasi dan hanya meminta warganya untuk tetap tinggal di rumah sambil waspada.
BERITA TERKAIT: