Begitu yang disampaikan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad selama pertemuannya dengan mahasiswa Malaysia yang menempuh pendidikan di London pada Senin (26/6).
Menurut Mahathir, stigma tentang Tionghoa kaya dan Melayu miskin perlu ditangani dengan baik. Jika dibiarkan, maka ancaman destabilitas masyarakat sangat mungkin terjadi.
"Ketimpangan yang sangat besar antara orang Tionghoa kaya dan Melayu miskin berbahaya bagi Malaysia karena dapat menimbulkan konflik dan kekerasan," ungkapnya dalam postingan di Facebook.
Mahathir mengaku dirinya tidak menentang atau bahkan mendiskreditkan warga Tionghoa. Tetapi, dia ingin agar distribusi kekayaan di Malaysia lebih merata.
"Kami hanya ingin melihat distribusi kekayaan yang adil, kekayaan Malaysia di antara masyarakat," tegasnya.
Menurut Mahathir, tidak baik bagi Malaysia jika membiarkan warga Melayu menjadi miskin di negara mereka sendiri yang makmur.
Lebih lanjut, Mahathir menyebut Melayu tidak hanya lemah secara ekonomi namun juga telah kehilangan pijakan politiknya di Malaysia.
"Mereka sekarang menjadi partai minoritas di pemerintahan. Hal ini dapat mengakibatkan banyak masalah serius bagi orang Melayu," jelasnya.
Di bidang pendidikan, kata Mahathir lagi, mahasiswa Melayu masih tertinggal jauh dibandingkan mahasiswa non-Melayu.
Menurutnya, jika merujuk pada meritokrasi atau sistem politik yang memberikan kesempatan pada mereka yang memiliki prestasi, mungkin sangat sedikit siswa Melayu yang mendapat kesempatan beasiswa di London.
"Mereka diberikan beasiswa untuk belajar meskipun beberapa dari mereka tidak sepenuhnya memenuhi syarat," ungkap Mahathir.
Menurutnya, pemerintah masih bersimpati kepada warga Melayu. Tetapi jika kekuatan politik melemah, maka kesempatan pendidikan yang layak bagi mereka akan semakin sulit.
Oleh sebab itu, ia mendorong agar pemerintah memberikan kesempatan yang lebih bagi warga Melayu sampai mereka mampu bersaing dengan orang non-Melayu.
BERITA TERKAIT: