Mantan Sekretaris Jenderal NATO, Anders Rasmussen, memperkirakan adanya perubahan sikap dari beberapa negara anggota, jika aliansi pertahanan atlantik itu gagal menyepakati jaminan keamanan yang substansial untuk Ukraina.
"Kemungkinan beberapa negara akan mengambil tindakan sendiri, bahkan membentuk koaliasi yang lebih dalam dengan Ukraina," ungkap Rasmussen, seperti dikutip dari
Alarabiya pada Jumat (9/6).
Menurut Rasmussen, negara NATO yang memiliki potensi melakukan perubahan tersebut adalah Polandia. Perkiraan itu merujuk pada kontribusi penuh Warsawa dalam bantuan senjata ke Ukraina.
"Polandia akan terlibat lebih kuat dalam konteks ini secara nasional dan diikuti oleh negara-negara Baltik, kemungkinan termasuk pasukan di darat," jelasnya.
Dia menekankan untuk tidak mengabaikan perasaan Polandia, sebab negara itu bisa jadi akan mengambil tindakan serius dengan bergabung dalam perang Ukraina.
"Kita tidak boleh meremehkan perasaan Polandia, Polandia merasa bahwa Eropa Barat sudah terlalu lama tidak mendengarkan peringatan mereka terhadap mentalitas Rusia yang sebenarnya,” kata Rasmussen.
Oleh sebab itu, Rasmussen mendesak agar Ukraina mendapat jaminan keamanan pada KTT di Vilnius mendatang untuk mencegah Rusia melakukan serangan lebih lanjut.
"Kyiv membutuhkan jaminan keamanan tertulis yang mencakup pembagian intelijen, pelatihan bersama Ukraina, peningkatan produksi amunisi, interoperabilitas NATO dan pasokan senjata yang cukup," tegasnya.
Hingga kini, NATO masih berfokus membantu Ukraina bebas dari invasi Rusia yang telah berlangsung selama lebih dari 15 bulan.
Wacana keanggotaan Ukraina di NATO tidak pernah berhenti digaungkan oleh Presiden Volodymyr Zelensky di forum-forum pertemuan internasional.
Namun, agenda tersebut belum sama sekali dibicarakan oleh anggota NATO. Sebagai gantinya, mereka menawarkan untuk memberikan Ukraina jaminan keamanan yang akan memulihkan kondisi negara sampai Kyiv benar-benar siap menjadi anggota.
BERITA TERKAIT: