Oleh karenanya, Sekretaris Dewan Keamanan Belarus Alexander Volfovich memperingatkan Barat agar tidak melewati batasan yang mampu memaksa negaranya menggunakan nuklir untuk perlindungan diri.
"Negara-negara Barat membuat Belarusia tidak punya pilihan selain menggunakan senjata nuklir taktis Rusia. Lebih baik berhati-hati untuk tidak melewati 'Red Line' pada isu-isu strategis," tegasnya dalam siaran televisi pemerintah, seperti dimuat
Al Arabiya pada Minggu (28/5).
Volfovich mengancam Barat untuk tidak macam-macam dengan Belarusia. Sebab, efek dari penggunaan senjata nuklir taktis akan menyebabkan konsekuensi besar yang tidak dapat diubah.
Belarusia, yang dipimpin oleh Presiden Aleksander Lukashenko sejak 1994, adalah sekutu paling setia Rusia di antara negara-negara bekas Soviet dan telah mengizinkan wilayahnya digunakan untuk melancarkan invasi ke Ukraina Februari tahun lalu.
Pekan lalu Lukashenko mengatakan senjata-senjata nuklir yang dijanjikan Rusia sudah dipindahkan, tetapi belum jelas kapan akan ditempatkan di perbatasan.
Amerika Serikat mengecam keras penempatan nuklir di Belarus karena dinilai akan mendorong konflik militer menjadi lebih kompleks.
BERITA TERKAIT: