Kekhawatiran itu muncul karena Taiwan sejauh ini merupakan pasar ekspor udang terbesar mereka selama berpuluh-puluh tahun lamanya.
“Kami tidak ingin mereka menghentikan bisnis dengan Taiwan,†kata pekerja di pabrik pengemasan udang, Lorena de Jesus Zelaya.
Menurut Zelaya, para pekerja mencemaskan Taiwan yang kemungkinan tidak akan lagi menerima udangnya, yang telah lama ini telah menjadi tumpuan mata pencaharian mereka.
Dimuat
Digital Djournal pada Jumat (7/4), para pemilik usaha udang juga mengkhawatirkan masalah serupa, karena sejauh ini kemitraan dengan Taiwan telah membawa nilai perdagangan yang begitu tinggi ke negara itu, bahkan dua kali lipat dari China.
“Bagi Honduras, sebagai produsen udang, kehilangan pasar Taiwan adalah situasi yang sangat sulit,†kata pemilik usaha udang, Yader Rodriguez.
Berdasarkan laporan dari Rodriguez, nilai ekspornya bersama Taiwan dapat mencapai hingga 100 juta dolar (Rp 1,4 triliun) per tahun.
Untuk itu, dengan terputusnya hubungan diplomatik yang terjadi baru-baru ini telah menyebabkan keresahan yang mendalam bagi pelaku usaha udang, yang memiliki total 150 ribu pekerja di dalamnya dan ekspor terbesar kelima di negara tersebut.
“Kami benar-benar sangat cemas karena di sini tempat kami tinggal, sangat serius kehilangan pekerjaan atau menerima pemotongan gaji,†kata seorang buruh.
Menanggapi permasalahan ini, Asosiasi Akuakultur Nasional Honduras (ANDAH) telah menyatakan keprihatinannya, dan berjanji akan mencari solusi dari permasalahan perdagangan udang ini.
BERITA TERKAIT: