Kedubes Tunisia mempersembahkan dua film unggulan yang telah mereka pilih untuk disajikan kepada para penonton Indonesia dan tamu undangan yang berasal dari kedutaan negara lain.
Dalam penayangan film pertama berjudul "Couscous, Seeds of Dignity", Tunisia berusaha memperkenalkan bagaimana tradisi pertaniannya mampu mendukung visi negara untuk menciptakan ketahanan pangan.
Film dokumenter yang dirilis sejak 2017 ini berfokus pada pembuatan Couscous, hidangan tradisional dari semua negara Maghreb yang terbuat dari tepung semolina dan tepung terigu dibasahi dan diaduk kemudian dibuat bentuk bola-bola kecil.
Sutradara Habib Ayeb berupaya menceritakan bagaimana pertanian di Tunisi berjalan, serta tantangan politik, sosial, ekonomi dan ekologi apa saja yang dihadapi oleh petani di sana.
Dokumenter tersebut juga membahas tentang konsekuensi globalisasi dan komersialisasi produksi pangan, berdampak pada ketahanan pangan Tunisia.
Lewat film "Couscous, Seeds of Dignity", sang sutradara ingin meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kedaulatan pangan, keadilan sosial dan perlindungan lingkungan, sumber daya alam serta keanekaragaman hayati.
Para penonton di ruang teater Institut Français d’Indonésie (IFI), di Kedutaan Besar Prancis, sangat menikmati penayangan film tersebut dan beberapa kali tertawa dengan lelucon yang kerap dilontarkan para narasumber petani dalam film.
Lagu yang dinyanyikan oleh para ibu-ibu pembuat couscous terdengar merdu dan syahdu, menggambarkan tradisi khas Tunisia yang kental di dalamnya.
Selain film dokumenter tentang pertanian, Kedubes Tunisia juga memutar film kedua berjudul “Hedi, a Wind of Libertyâ€.
Film yang bertemakan kisah cinta dan kebebasan itu pernah memenangkan Penghargaan Film Pertama Terbaik Festival Film Berlin "Berlinale" pada tahun 2016. Sang aktor utama, Majd Mastoura, memenangkan Beruang Perak untuk kategori aktor terbaik.
BERITA TERKAIT: