Menurut keterangan militer Filipina, pemimpin itu adalah Humam Abdul Najib. Dia kedapatan melarikan diri dari Kota Marawi yang sempat didambakan oleh militan untuk dijadikan kubu militan ISIS di Asia Tenggara, sebelum ditangkap oleh militer pada bulan Oktober setelah lima bulan pertempuran sengit dan pemboman udara.
Sejak itu, Najib, yang juga dikenal sebagai Abu Dar, telah menggunakan barang rampasan yang dijarah dari bank, pertokoan dan rumah di Marawi untuk merekrut anak laki-laki dan pemuda di provinsi selatan Lanao del Sur yang miskin.
"Jelas mereka tidak meninggalkan niat mereka untuk menciptakan kekhalifahan di Asia Tenggara," kata Kolonel Romeo Brawner, wakil komandan Pasukan Bersama Marawi, kepada
Reuters pekan ini.
"Itulah tujuan keseluruhan, tapi sementara itu mereka masih berusaha untuk pulih dan membangun lagi pejuang dan senjata. Perkiraan kami adalah mereka akan meluncurkan serangan teroris," sambungnya.
Pada masa awal pendudukan Marawi Mei lalu, gerilyawan berpakaian hitam membakar gereja, membebaskan tahanan dan memotong pasokan listrik, militan lain menargetkan bank dan rumah warga kaya, memberi sandera sandungan untuk membantu penjarahan.
"Itu di minggu pertama. Mereka membagi kami menjadi tiga kelompok dengan masing-masing tujuh orang," kata J.R. Montesa, seorang pekerja konstruksi Kristen yang ditangkap oleh militan.
Dengan menggunakan bahan peledak, militan tersebut meledakkan brankas tiga bank utama kota tersebut, Landbank, Bank Nasional Filipina dan Bank Islam Al Amanah. Mereka membawa barang rampasan itu dan keluar dari Marawi.
[mel]
BERITA TERKAIT: