Dalam pertemuan yang berlangsung Kamis (4/5) waktu Washington D.C. itu, dua Menlu sepakat untuk mengoptimalkan dan mesinergikan mekanisme dialog di berbagai area kerja sama. Sebagai payung kerja sama strategis, mekanisme dialog pada tingkat Menlu diharapkan dapat mengidentifikasi hambatan dan memajukan implementasi dari kerjasama strategis kedua negara.
"Kemitraan strategis Indonesia-AS akan terus memperluas dan memperdalam hubungan bilateral, yang tidak saja memberikan manfaat bagi kedua rakyat, namun juga dapat memberikan kontribusi untuk mempertahankan stabilitas, keamanan dan peningkatan kesejahteraan di kawasan dan dunia," tutur Menlu Retno, dikutip dari situs resmi Kementerian Luar Negeri RI.
Dalam bidang ekonomi, Menlu Retno dan Menlu Tillerson membahas penguatan mekanisme kerjasama ekonomi dua negara. Diharapkan, penguatan mekanisme kerjasama tidak saja meningkatkan nilai perdagangan dan investasi kedua negara, namun juga mendorong kerjasama ekonomi yang win-win.
Dalam kaitan itu, dua Menlu sepakat untuk segera merevitalisasi mekanisme Indonesia-US Trade Investment Framework Arrangement (TIFA), yang akan memulai pertemuan pada bulan Juni mendatang.
Situasi dan perkembangan di kawasan, khususnya di Semenanjung Korea, mendapat perhatian besar dalam pertemuan dua Menlu.
Dalam hal ini, Menlu RI menekankan bahwa konflik terbuka tidak akan menguntungkan siapapun dan hanya akan menggangu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang dirasakan manfaatnya selama ini oleh rakyat negara di kawasan Asia dan Pasifik.
Menlu RI menegaskan agar semua langkah harus diambil secara terukur agar tidak menganggu keamanan, perdamaian dan stabilitas kawasan.
"Indonesia secara konsisten, meminta Korea Utara untuk mematuhi semua Resolusi DK PBB terkait denuklirisasi dan menekankan agar mengedepankan proses dialog dalam menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea," jelas Retno.
[ald]