Mengenal Kim Jong Nam, Si Anak Pemberontak

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Kamis, 16 Februari 2017, 19:12 WIB
Mengenal Kim Jong Nam, Si Anak Pemberontak
Kim Jong Nam/Net
rmol news logo Nama Kim Jong Nam menjadi headline berbagai media internasional awal pekan ini.

Ia menghembuskan napas terakhirnya dalam perjalanan dari bandara Malaysia menuju rumah sakit setelah diracun oleh dua orang wanita yang menurut intelijen Korea Selatan merupakan agen Korea Utara.

Nama Kim Jong Nam semasa hidupnya memang kerap jadi sorotan karena sikap dan pandangannya yang berbeda dengan ayah ataupun adik-adiknya.

Kim Jong Nam sendiri merupakan putra pertama mantan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il. Ia lahir di Korea Utara pada tahun 1971.

Menurut Michael Madden, kontributor untuk Organisasi 38 Utara dan sarjana dari John Hopkins University, ia merupakan anak dari hubungan gelap Kim Jong Il dengan aktris Korea Utara Song Hye-rim.

Dia menikah pada saat itu, meskipun kemudian dipaksa untuk bercerai.

Madden menjelaskan bahwa karena konservatisme yang lekat di masyarakat Korea Utara, "anak haram" mereka disembunyikan baik dari publik ataupun kakeknya Kim Il Sung yang merupakan pendiri Korea Utara.

"Kim Jong Il memiliki rangka yang berdiri untuk mengeksekusi siapa pun yang berbicara tentang kehidupan pribadinya," kata Madden.

"Korea Utara sangat konservatif sehingga (untuk orang) mendengar berita bahwa ia memiliki banyak anak dari wanita yang berbeda akan menjadi suatu perhatian," sambungnya.

Adik Kim Jong Il, Kim Kyung Hee berusaha untuk mengadopsi bayi tak lama setelah Kim Jong Nam lahir tapi ditolak. Dia tetap dekat dengan keponakannya untuk sisa hidupnya.

Sementara ayahnya memanjakannya secara rahasia. Ia dibujuk untuk mengirim Kim Jong Nam ke luar negeri untuk menjalani pendidikan.

Di akhir 70-an, Kim Jong Nam mulai belajar di Jenewa, namun kemudian dipindahkan ke Moskow karena dinilai memiliki ideologi yang lebih cocok. Namun, ia kemudian menyelesaikan sekolahnya di Jenewa.

Sementara sang ayah, Kim Jong Il memulai hubungan dengan seorang penari dari rombongan tarian yang disebut Ko Yong Hui, yang kemudian melahirkan tiga anak, salah satunya adalah saudara tirinya dan pemimpin masa depan negara, Kim Jong Un.

Madden mengatakan bahwa Kim Jong Nam membenci fakta bahwa ayahnya telah memulai sebuah keluarga baru.

Sekembalinya ke Pyongyang, Kim Jong Nam yang merupakan remaja pemberontak disebut benci harus hidup di balik gerbang istana.

Dia dekat dengan bibi dari ayahnya, Kim Kyung Hee, dan suaminya, Jang Song Thaek. Ia merupakan salah satu dari sedikit orang yang tahu segala sesuatu tentang Kim Jong Il.

Eksekusi Jang yang diperintahkan oleh Kim Jong Un pada akhir 2013 seketika mempengaruhi Kim Jong Nam.

Madden menjelaskan bahwa Kim Jong Nam dibesarkan oleh keluarga yang berbeda, dengan perbedaan usia 13 tahun dengan adiknya, Kim Jong Un.

"Tidak ada kesempatan mereka dibesarkan bersama-sama dengan cara apapun," kata Madden.

Gomi, penulis buku 2012, mengatakan bahwa dua bersaudara bahkan tidak pernah bertemu karena praktek kuno meningkatkan potensi penerus secara terpisah.

Rumah di mana Kim Jong Nam dibesarkan merupakan tempat tinggal di markas Partai Pekerja, dihancurkan pada tahun 2009 atau 2010, dan sekarang merupakan situs kediaman resmi Kim Jong Un.

"Ada simbolisme di sana, bahwa mereka menghancurkan rumah masa kecilnya," kata Madden.

"Ini adalah rumah yang ia gunakan ketika ia kembali ke Korea Utara," sambungnya,

Kim Jong Nam muda kerap beberapa kali tertangkap bepergian ke luar negeri dengan menggunakan paspor palsu.

Semakin beranjak dewasa, Kim Jong Nam semakin berani menunjukkan sikapnya yang berbeda. Pada tahun 2010, kepada TV Jepang TV Asahi ia pernah mengatakan bahwa ia menentang keluarganya memegang kekuasaan untuk generasi yang lain.

Menurut analis Korea Utara di East-West Center di Honolulu mengatakan kepada CNN pada 2011 lalu, Kim Jong Nam kemudian lebih banyak menghabiskan banyak waktunya di luar Korea Utara. Ia tinggal di China, khususnya di Macau.

Dalam sebuah wawancara pada tahun 2012, anak Kim Jong Nam, yakni Kim Han Sol berbicara bahwa ia memiliki beberapa teman di Korea Utara sebelum pindah ke Macau.

"Ketika saya tumbuh dewasa itu sangat terisolasi, pertama-tama saya harus tetap rendah hati," kata Kim Han Sol kepada mantan Wakil Sekretaris Jenderal PBB Elisabeth Rehn dalam sebuah wawancara untuk televisi Finlandia.

"Itu sebabnya saya tidak benar-benar memiliki banyak teman-teman dari Korea Utara. Itu sebabnya semua teman-teman saya dari luar, seperti Macau," sambungnya.

Kini, akhir hidup dan pemberontakan Kim Jong Nam berakhir di Malaysia. Jasadnya akan segera dikirimkan ke Korea Utara setelah proses analisa selesai dilakukan. Investigasi pun masih terus dilakukan terkait pembunuhannya. [mel]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA