Kamis, 29 Oktober, kami mengunjungi Kota Sderot, di bagian barat Negev, Distrik Selatan, Israel. Kota ini hanya berjarak 840 meter dari Kota Gaza, yang dikuasasi oleh Hamas, Palestina.
Selama ini, mungkin banyak orang yang hanya tahu, Gaza dibombardir habis-habisan oleh Israel. Tapi sebenarnya, tak terhitung pula serangan-serangan roket maupun bom bunuh diri (Palestina menyebutnya bom syahid) yang dilancarkan ke wilayah Israel.
Salah satu serangan Israel ke Gaza juga dikenal dengan Perang Gaza (Operasi Cast Lead). Bagi yang berpihak pada Palestina, mereka menyebutnya Pembantaian Gaza, sementara Hamas menyebutnya Pertempuran al-Furqan.
Serangan ini terjadi selama tiga pekan, dari 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009. Israel berdalih, serangannya ke Gaza demi menghentikan serangan-serangan roket Hamas ke Israel, serta penyeludupan senjata ke Jalur Gaza.
Seluruh perumahan di Sderot ini memang dilengkapi gedung-gedung perlindungan dari serangan bom (bomb shelter), termasuk taman-taman bermain. Agar menarik perhatian anak-anak, bomb shelter ini dibentuk menarik, mirip ular yang diberi warna lucu.
Menurut Direktur Sderot Media Center, Noam Bedein, semua struktur bomb shleter yang mereka bangun sudah memenuhi standar dan telah diuji. "Semua warga dan anak-anak di kawasan ini juga sudah kami berikan pelatihan menyelamatkan diri bila terjadi serangan. Waktu berlari ke bomb shelter ini hanya 15 detik!" jelasnya.
Saat warga mendengar sirine peringatan bahaya, ujar pehobi travelling ini, mereka harus segera berlari masuk ke dalam bomb shelter. Dia lalu menunjukkan salah satu rekaman video kejadian nyata, saat anak-anak sedang bermain, tiba-tiba terdengar bunyi sirine. Mereka pun kemudian berhamburan menuju shelter. Mereka yang terlambat berlindung pun, akhirnya menjadi korban.
Setidaknya, sejak gerakan Intifada Kedua Palestina pada Oktober 2000, Sderot sering menjadi sasaran ribuan roket Qassam milik Hamas dan Jihad Islam. Hingga 23 November 2007, tercatat setidaknya 6.311 roket ditembakkan ke Sderot. Suratkabar harian nasional Israel Yediot Ahronoth melaporkan, selama musim panas 2007, sebanyak 3.000 warga dari kota berpenduduk sekitar 24.000 jiwa ini malah memilih hengkang. Sebuah rak yang dipenuhi bangkai-bangkai roket yang pernah ditembakkan ke Sderot, hingga kini juga masih bisa dilihat di sebuah pos polisi di kota ini.
Meski tak sebanyak†jumlah korban tewas di Gaza akibat serangan-serangan Israel, namun warga Israel, termasuk anak-anak, juga termasuk di antara korban tewas itu. Di antaranya, Afik Zahavi (4 tahun), tewas akibat serangan roket pada 28 Juni, 2004. Lalu Yuval Abebeh (4 tahun) dan Dorit (Mesarat) Benisian (2 tahun), tewas pada 24 September 2004.
Bersambung
BERITA TERKAIT: