Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Menerobos Israel, Melihat Palestina (8)

Memasuki Al-Aqsha, Antri Bersama Yahudi Israel Dan Kristen Amerika

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-rusmadi-5'>MUHAMMAD RUSMADI</a>
OLEH: MUHAMMAD RUSMADI
  • Kamis, 12 November 2015, 14:46 WIB
Memasuki Al-Aqsha, Antri Bersama Yahudi Israel Dan Kristen Amerika
m.rusmadi/dok
rmol news logo Pada 26 hingga 31 Oktober lalu, wartawan Rakyat Merdeka, Muhammad Rusmadi mengikuti The Rambam Israel Fellowship Program di Israel, yang disponsori oleh Australia/Israel & Jewish Affairs Council (AIJAC). Berikut laporannya:

Roley Horowitz, guide kami mengingatkan, esok Rabu (28/10), kami sudah harus meninggalkan hotel tepat pukul 06.45 pagi. Karena kami sudah harus berada di gerbang pemeriksaan ke Masjid al-Aqsha di area Temple Mount tepat pukul 07.00.

Wah, ini dia yang ditunggu-tunggu,” gumam saya. Buat saya, inilah momen paling penting mengetahui, apa dan bagaimana kondisi masjid yang pernah jadi kiblat pertama ummat Islam ini.    

Untungnya, lokasi hotel kami menginap, Dan Boutique Hotel, kawasan Hebron Rd 31, Yerusalem, tak terlalu jauh dengan komplek Temple Mount. Di waktu pagi, bisa dicapai hanya sekitar 15 menitan berkendara. Kita harus pagi-pagi berada di pintu pemeriksaan, supaya tidak terjebak antrian panjang,” ingatnya lagi.      

Pukul 06.15, saya sudah menuju restoran di bagian bawah hotel kami buat nyarap. Ooopps, kepagian! Resto belum buka. Nanti, jam 06.30 tepat!” Satu persatu beberapa rekan berdatangan dan mentok di depan pintu restoran yang masih tertutup rapat. Hehe, kasihan.” Otomatis, sarapan hanya 15 menit. Kami melahap apa yang bisa dilahap dengan praktis.

Sarapan, naik kendaraan, berangkat. Memasuki area Temple Mount, tampak sejumlah bis turis sudah berbaris. Tapi tak ada kemacetan, mulus. Menuju al-Aqsha, kami melalui jalan yang mirip gang yang agak lebar, di kiri-kanan berdiri dinding Kota Tua Yerusalem, berupa susunan-susunan batu besar. Kami tiba tepat waktu.     

Di depan kami, sudah berdiri beberapa orang kulit putih dengan janggut tebal dan panjang mengenapakan kippah atau yarmulke (peci kecil). Mereka adalah sekelompok orang Yahudi yang ingin berdoa ke bagian atas Temple Mount. Padahal, kata Roley, ummat Yahudi sebenarnya dilarang berdoa ke atas bukit, dan dianjurkan hanya berdoa di Tembok Ratapan (Western Wall).      

Temple Mount ini adalah tempat paling suci ummat Yahudi. Tapi kami tidak tahu, di titik mana sebenarnya bagian tersuci itu. Dan kami dilarang keras menginjaknya. Makanya kami hanya dianjurkan berdoa di Western Wall,” jelasnya.

Larangan yang dikeluarkan oleh Pimpinan Dewan Rabbi Israel ini malah ditempel di bagian atas pintu masuk, yang juga pos pemeriksaan. Lengkap dalam bahasa Ibrani dan Inggris. Pengumuman dan Peringatan. Sesuai Hukum Torah (Taurat), dilarang keras memasuki area Temple Mount, karena merupakan kawasan paling suci.”

Demikian bunyi larangan tersebut. Meski demikian, sebagian kecil orang Yahudi, menurut Roley, tetap ingin berdoa di kawasan suci Yahudi tersebut.  
Sementara gerbang pemeriksaan belum dibuka, tak berapa lama, mulai berdatang banyak turis kulit putih dan beberapa orang kulit hitam berbaris persis di belakang kami. Karena berdekatan, saya pun membuka obrolan. Ternyata mereka adalah jemaat gereja dari Amerika Serikat, yang juga ingin berziarah ke Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre/ Sanctum Sepulchrum), yang juga harus memasuki pintu pemeriksaan yang sama dengan kami.

Oleh banyak orang Kristen, situs ini dipercaya sebagai Golgota, yakni tempat Yesus disalib. Gereja ini menjadi tujuan peziarahan Kristen sejak abad ke-4, sebagai tempat wafat dan kebangkitan Yesus.   

Menarik sekali rasanya, tiga ummat agama langit”, Yahudi, Nasrani dan Islam, di pagi hari ini ngantri bersama di satu pintu pemeriksaan, ke area yang amat berdekatan, ke Temple Mount, Masjid al-Aqsha dan ke Gereja Makam Kudus.

Tuh, lihat kan? Coba tadi kalau kita terlambat sebentar saja, posisi kita pasti sudah jauh di belakang sana,” ujar Roley, sambil tersenyum.

Memasuki gerbang ini, seperti mau check in di bandara. Semua barang bawaan harus di-x-ray. Semua barang di saku juga harus dikeluarkan. Untungnya, kami terbantu oleh Roley, yang merupakan guide warga Israel. Dengan petugas penjaga yang merupakan polisi Israel ini pun mereka ngobrol akrab berbahasa Ibrani.

Intinya, dia menjelaskan kami adalah wartawan Indonesia dan umumnya Muslim. Meski di antara kami ada seorang teman beragama Katolik dan dua rekan dari Thailand yang beragama Buddha.    
      
Sejumlah tentara Israel juga tampak berjaga dengan senjata laras panjang di beberapa sudut. Meski demikian, mereka tampak santai. Di lokasi parkiran di atas pintu pemeriksaan ini, tampak sejumlah tentara baru bertukar shift tugas jaga, dan sebagian memasuki bus meninggalkan lokasi pos jaga mereka.

Ingat, nanti yang bisa masuk ke Masjid al-Aqsha hanya kalian yang beragama Islam. Yang bukan Muslim, dilarang masuk masjid,” Roley kembali mengingatkan. Bersambung
 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA